REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Perum Badan Urusan Logistik Divisi Regional Daerah Istimewa Yogyakarta masih menyerap beras petani meski belum memasuki masa panen dengan harga pembelian pemerintah Rp7.300 per kilogram.
"Sepanjang masih ada yang panen dan mau menjual dengan harga pembelian pemerintah (HPP) Rp7.300 per kg kami akan siap membeli," kata Kepala Perum Bulog Divre DIY M Sugit Tedjo Mulyono di Yogyakarta, Kamis.
Meski tetap melakukan pembelian gabah dan beras petani, menurut Sugit, volumenya terus mengalami penurunan. Dari 200 ton per hari pada awal Desember 2015, selanjutnya 150 ton per hari dan kini pembelian beras menjadi 100 ton per hari.
Selain belum memasuki masa panen, menurut dia, kebanyakan petani juga masih kesulitan mengeringkan gabah sejak awal musim hujan. "Biasanya akan disimpan dulu hingga benar-benar kering," kata dia.
Kendati demikian, serapan beras itu cenderung meningkat dibandingkan saat puncak musim kemarau pada Oktober 2015 yang rata-rata hanya mencapai 80 ton per hari karena lahan sawah mengalami kekeringan.
Pembelian beras dan gabah petani, menurut Sugit, untuk saat ini masih dilakukan secara acak dengan pembelian paling dominan dari Kabupaten Kulon Progo, sementara untuk Bantul dan Sleman masih belum banyak memiliki beras untuk dibeli.
"Sekarang masih Kulon Progo nanti kalau sudah masuk Maret (masa panen) makan pembelian bisa dilakukan serentak di seluruh kabupaten," kata dia.
Meski serapan beras menurun, menurut Sugit, hingga saat ini stok beras di Gudang Bulog DIY masih aman mencapai 18.000 ton, terdiri atas beras medium 13.000 ton dan beras premium 5.000 ton. Stok beras itu, menurut dia bahkan diperkirakan mencukupi kebutuhan masyarakat hingga April 2015.