REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Waduk Jatigede, Desember 2015 ini penggenangannya sudah mencapai 139,5 juta meter kubik atau sekitar 14,23 persen dari volume air yang ditargetkan saat waduk beroperasi penuh yakni, 980 juta meter kubik. Pemprov Jawa Barat (Jabar), menjadikan keberadaan waduk ini, sebagai salah satu momentum menaikkan konsumsi ikan di Jabar.
Gubernur Jabar Ahmad Heryawan, konsumsi ikan tawar dan laut per kapita di Jabar umumnya relatif rendah. Padahal, selama ini di Indonesia tercatat paling besar produktivitas ikan tangkapnya adalah Jabar.
Data konsumsi pada 2014, mencapai 24 per kg per kapita/tahun. Tahun ini ditargetkan 27 kg per kapita/tahun dari konsumsi ideal World Health Organization (WHO) sebesar 36 kg per tahun. Padahal, produksi ikan tawar dan ikan laut di Jabar termasuk terbesar di Tanah Air.
"Kelak jika Waduk Jatigede sudah selesai, kami juga akan lengkapi fasilitas sekitarnya," ujar Heryawan yang akrab disapa Aher, Senin petang (21/12).
Menurut Aher, Pemprov Jabar akan melengkapi fasilitas di Waduk Jatigede mulai dari jogging track, tempat berlabuh perahu kecil, penginapan, dan restoran-restoran. Agar, masyarakat bisa menikmati hasil pancingannya. "Masyarakat juga, bisa membeli langsung ikan di restoran pinggir waduk, sehingga tingkat konsumsi ikan naik secara bertahap," katanya.
Aher mengatakan, selain fungsi strategis jangka pendek tadi, waduk tersebut memiliki fungsi strategis peningkatan konsumsi ikan dengan menjadi sentra baru produksi ikan air tawar. Aher mencontohkan, produksi satu sapi itu hanya menghasilkan satu anakan dan baru bisa disembelih 18 bulan kemudian. Tapi kalau ikan, misalnya ikan emas ukuran 1 kilogram bisa melahirkan 100 ribu anakan. "Ikan emas itu, 90 persen nya akan hidup jika budidayanya benar. Jadi, ini momentum baik bagi kita," katanya.
Masyarakat Jabar, Aher mengatakan, hingga saat ini belum terbiasa mengonsumsi ikan dan dominan melahap daging merah (ayam, sapi, kambing, dan kerbau). Ironisnya, negara yang lebih dominan menikmati adalah Jepang yang notabene bukan penghasil ikan tawar dan ikan laut arus utama di dunia.
"Kami harus membalikkan itu, kita kawasan penghasil terbesar tapi penikmatnya di Jepang, sehingga warganya pintar-pintar," katanya.