REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tahun baru 2016 yang akan tiba perlu diwaspadai. Menjelang hari-hari besar, kasus kriminalitas kemungkinan tetap akan meningkat. Pengamat Sosiologi Universitas Indonesia (UI), Bambang Wododo mengatakan keramaian dapat menimbulkan kelengahan dari keamanan. Tak hanya saat Tahun Baru, namun hari-hari besar seperti Idul Fitri dan Hari Raya lainnya pun sama saja. "Kelengahan-kelengahan itu bisa memancing untuk melakukan aksi kejahatan konvensional atau blue crime," ujar Pengamat Sosiologi Universitas Indonesia (UI), Bambang Wododo, Selasa (22/12).
Widodo mengatakan tidak hanya kejahatan konvensional saja yang terjadi. Kejahatan ekstra ordinary pun, tetap menjadi salah satu faktor yang harus diperhitungan. Namun jumlahnya tidak sebanyak kasus kejahata konvensional atau blue crime.
Apalagi dilihat dari pendidikan dan angka pengangguran di mana-mana. Menurutnya, saat ini lulusan dari S1 atau S2 banyak yang menganggur. Apalagi yang tidak berijazah dan sebagainya. Para residivis pun keluar dari penjara tidak jera. Widodo menyebut justru beberapa malah memiliki ilmu baru untuk melakukan aksi kriminalnya. Jadi lebih besar keuntungannya daripada sebelum dia masuk penjara. "Keinginan untuk mempraktikan modus-modus orang lain yang lebih besar," kata dia.
Misalnya, seseorang yang masuk penjara karena mencopet, saat di penjara dia bertemu perampok supermarket, seperti yang ditembak polisi mati. Kemungkinan dia mendapatkan pengalaman di penjara.
Untuk itu pemberdayaan di dalam penjara harus dilakukan sungguh-sungguh agar setelah keluar mereka mendapatkan keterampilan. Karena saat ini, pembinaan dan pelatihan di Lapas belum benar-benar terjadi.