Selasa 22 Dec 2015 17:05 WIB

Cuaca Ekstrem dan Gelombang Tinggi, Kapal Dilarang Berlayar

Rep: Lilis Handayani/ Red: Andi Nur Aminah
Sebuah kapal nelayan menerjang ombak usai melaut di laut jawa, Tegal, Jateng, Jumat (27/1).
Foto: Antara/Okky Lukmansyah
Sebuah kapal nelayan menerjang ombak usai melaut di laut jawa, Tegal, Jateng, Jumat (27/1).

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Cuaca ekstrem dan gelombang tinggi melanda perairan Laut Jawa hingga ke Kepulauan Natuna. Syahbandar Indramayu pun melarang kapal-kapal untuk berlayar di perairan tersebut. Larangan itu tertuang dalam Surat Edaran bernomor UM.003/14/UP.UPP-Im/2015 tertanggal 17 Desember 2015. 

Tak hanya untuk kapal nelayan, larangan itu juga berlaku untuk kapal-kapal tanker besar, tongkang, tugboat, kapal roro maupu kapal penumpang berkecepatan tinggi. "Kami minta kapal-kapal untuk mewaspadai fenomena alam yang terjadi saat ini" ujar Kepala Unit Pengelolaan Pelabuhan (UPP) dan Syahbandar Indramayu, E Gunadi, Selasa (22/12).

Berdasarkan informasi dari Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), cuaca ekstrim dan gelombang tinggi sedang melanda perairan Laut Jawa sampai Natuna. Untuk ketinggian gelombang, berkisar antara 1,25 sampai empat meter. Bahkan, di sejumlah titik bisa mencapai enam meter.

Kesatuan Penjaga Laut dan Pelabuhan (KPLP) Indramayu pun telah melakukan sosialisasi mengenai surat edaran dari syahbandar tersebut. Sosialisasi di antaranya dilakukan terhadap nelayan maupun tokoh nelayan. "Kami menginformasikan kepada nelayan, cuaca ekstrim ini kemungkinan akan terjadi sampai akhir Desember. Jadi harap waspada," kata Ketua KPLP, Koko Sudeswara.

Seperti diberitakan, BMKG Stasiun Jatiwangi, Kabupaten Majalengka juga mengimbau para nelayan untuk mewaspadai cuaca ekstrim di perairan utara Indramayu dan Cirebon (Laut Jawa). Selain angin kencang dan gelombang tinggi, cuaca di perairan laut tersebut juga didominasi hujan lebat.

Forecaster BMKG Stasiun Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Ahmad Faizyn menyebutkan, kecepatan angin saat ini mencapai antara 8  hingga 25 knot atau 10 hingga 45 km per jam. Sedangkan tinggi gelombang bisa mencapai 2,5 meter.

Namun, lanjut Faiz, kondisi cuaca tersebut bersifat fluktuatif, atau cepat berubah-ubah sesuai kondisi atmosfer. Diprakirakan, kondisi itu masih akan terus terjadi sampai seminggu kedepan.

Faiz mengimbau, jika nelayan, terutama yang menggunakan kapal-kapal kecil, ingin pergi melaut, maka hendaknya melihat kondisi cuaca terlebih dulu. Jika memang angin bertiup kencang dan gelombang cukup tinggi, hendaknya tidak memaksakan untuk melaut.

Para nelayan setempat menyebut kondisi cuaca tersebut dengan istilah musim baratan. Pasalnya, datangnya musim hujan saat ini ditandai dengan angin kencang yang berhembus dari arah barat.

Salah seorang nelayan asal Desa Singaraja, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, Maskani (43) mengatakan, cuaca buruk dan gelombang tinggi di laut terjadi sejak seminggu yang lalu. Dia menyatakan, seluruh nelayan di desanya tidak berani melaut. 

"Kapal kami kecil. Kalau kena gelombang tinggi, bisa celaka," tutur Maskani, saat ditemui sedang memperbaiki jaring di rumahnya.

Maskani menuturkan, biasanya dari hasil melaut dia bisa memperoleh Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu per hari. Setelah dipotong biaya perbekalan, dia bisa membawa pulang uang berkisar Rp 50 ribu hingga  Rp 100 ribu per hari. Namun saat ini, dia sama sekali tidak memiliki penghasilan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement