REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pakar Industri Kreatif Universitas Ciputra (UC) Surabaya Freddy H Istanto memprediksi, desain kreatif akan menjadi kunci utama untuk menguasai pasar Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun depan.
"Industri kreatif itu berawal dari desain, jika desainnya kreatif maka hasil produknya akan menarik, seperti busana, animasi, interior, Informasi dan Teknologi (IT), craft serta lainnya juga harus memperhatikan desain," katanya di Surabaya, Senin (21/12).
Ia mengatakan industri kreatif seperti busana atau fashion bisa menjadi daya saing yang kuat bagi Indonesia, apalagi Indonesia memiliki ciri khas busana yaitu batik yang sudah menjadi warisan budaya Dunia (World Heritage) dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organisation (UNESCO).
"Batik Indonesia itu sangat luar biasa, jika warisan budaya itu bisa dimodifikasi dengan desain, maka konsumen dari manapun akan menyukainya. Terlebih lagi juga jika desain tersebut diikuti dengan konsistensi kualitas," tuturnya.
Selain busana, tambahnya, animasi Indonesia juga bisa menguasai pasar global yang juga akan diikuti dengan dunia perfilman karena budaya masyarakat Indonesia itu masih gemar untuk melihat gambar dan suara, jika dibandingkan dengan kegemaran membaca.
"Animator Indonesia juga tidak kalah dengan animator di Amerika Serikat, terbukti ada beberapa yang sukses, seperti Andre Surya yang berhasil tergabung dalam pembuatan film animasi Star Trek, Terminator Salvation, Indiana Jones and the Kingdom of the Crystal Skull, serta Iron Man 2," paparnya.
Musik, lanjutnya, juga menjadi bagian yang bisa dikembangkan dalam industri kreatif karena musik yang dihasilkan di Indonesia lebih beragam serta kemajuan industri musik juga semakin maju jika dibandingkan dengan 10 tahun yang lalu.
"Indonesia memiliki banyak alat musik tradisional maupun kontemporer, sehingga bisa dipadukan untuk menghasilkan karya musik yang luar biasa serta industri musik juga mulai berkembang dengan munculnya beberapa artis dengan genre musik yang beragam," ujarnya.
Menurut dia, permasalahan saat ini adalah sertifikasi yang masih sulit didapatkan oleh masyarakat, padahal hal itu sudah mendesak dan menjadi persyaratan dalam pasar global.
"Organisasi profesi ini juga harus menyosialisasikan sertifikasi ke perguruan tinggi, seperti Asosiasi Perguruan Tinggi Komputer (Aptikom) yang sudah memberikan pengarahan kepada calon lulusan teknik komputer, bahkan mereka juga yang menentukan kurikulumnya," tandasnya.
Ia mengungkapkan untuk perguruan tinggi dinilai masih sulit menjadi lembaga sertifikasi kecuali bekerja sama dengan lembaga praktisi swasta atau mandiri.