REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi mogok yang dilakukan ratusan pengemudi Metromini tidak cukup berdampak untuk warga DKI Jakarta. Aksi mogok yang dilakukan sejak Sabtu (19/12) sampai Senin (21/12) sebatas dirasakan berpengaruh pada sang sopir dan pengusaha angkutan.
"Jika Metromini lakukan mogok massal, yang rugi sopir dan pengusaha. Terutama sopir yang tidak dapat masukan," ujar pengamat transportasi, Joko Setiyowarno, Senin (21/12).
Joko mengatakan hal itu, karena warga Jakarta sudah memiliki angkutan umum lain. Sebagai contoh, adanya busway Transjakarta, angkutan umum, ojek dan sepeda motor.
Berbeda dengan dulu, masyarakat tidak memiliki pilihan angkutan umum. Jadi lebih baik, kata Joko, pihak Metromini mengikuti kemauan Pemprov DKI. Sehingga ke depannya dapat menjadi seorang sopir yang profesional dengan gaji bulanan tetap.
"Nantinya tidak perlu kejar-kejar setoran," kata dia.
Untuk jam kerja pun dibatasi hanya delapan jam kerja per hari. Tidak harus seminggu bekerja, karena nanti ada hari libur. Mobilnya pun terbilang akan nyaman, karena berbagai fasilitas memadai, paparnya.