Senin 21 Dec 2015 13:22 WIB

Sepanjang 2015, 286 Tanah Longsor Terjadi di Jabar

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Andi Nur Aminah
Warga menyaksikan jalan yang putus akibat longsor di Jalan Samsi, Kelurahan Cisarua, Kecamatan Cikole, Sukabumi, Jawa Barat, Jumat (11/12).
Foto: Antara/Budiyanto
Warga menyaksikan jalan yang putus akibat longsor di Jalan Samsi, Kelurahan Cisarua, Kecamatan Cikole, Sukabumi, Jawa Barat, Jumat (11/12).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat (Jabar) mencatat dari awal tahun hingga 5 November 2015, telah terjadi 286 kejadian pergerakan tanah atau tanah longsor di wilayah itu. Menurut Kepala BPBD Provinsi Jabar Haryadi Wargadibrata, jumlah kejadian pergerakan tanah pada 2015 menurun jika dibandingkan dengan tahun 2014 yakni mencapai 467 kejadian.

"Adapun jumlah korban meninggal dunia akibat gerakan tanah dari awal tahun hingga 5 November 2015 mencapai 118 jiwa dan korban luka-luka 74 orang," ujar Haryadi kepada wartawan, Senin (21/12).

Haryadi mengatakan, jumlah korban tahun ini menurun jika dibandingkan 2014. Karena, pada 2014 korban jiwa 163 dan korban luka-luka 430 orang.

Akibat kejadian pergerakan tanah selama 2015 di Provinsi Jabar, dia mengatakan, telah menyebabkan rumah rusak sebanyak 885 unit dan rumah terancam rusak sebanyak 1.206 unit. Namun, jumlah rumah rusak akibat pergerakan tanah pada 2014 jauh lebih banyak dibandingkan 2015. Tahun lalu, jumlahnya mencapai 5.490 unit dan rumah terancam rusak 2.002 unit.

Selain itu, Haryadi mengatakan, pergerakan tanah di Jabar dari Januari hingga 5 November 2015 telah menyebabkan kerusakan lahan pertanian mencapai 49,25 hektare. Selain itu, menyebabkan jalan rusak sepanjang 1.049 meter. 

Haryadi menyontohkan, gerakan tanah jenis longsoran bahan rombakan terjadi pada lereng atas jalur pipa PLTP PT Star Energy, di Kampung Cibitung, Kabupaten Bandung. Di sana, terlihat pipa tersebut putus dan terseret dari tempat asal. Sebagian rumah penduduk di Kampung Cibitung yang selamat dari kejadian gerakan tanah pada 5 Mei 2015.  "Terlihat posisi gawir utama gerakan tanah mengarah ke permukiman di Kampung Cibitung," kata dia.

Pergerakan tanah terjadi di Kampung Cimerak, Desa Tegal Panjang, Kecamatan Cireunghas, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat pada Sabtu, tanggal 28 Maret 2015. Gerakan tanah mengakibatkan 12 orang meninggal dunia, 11 rumah tertimbun material longsoran, jalan desa sepanjang 40 meter tertimbun material longsoran, berdasarkan pendataan dari pihak Pemda rumah yang terancam 97 rumah.

Haryadi mengatakan, pergerakan tanah jenis longsoran bahan rombakan terjadi pada kampung Pasirwangi, Desa Pasirwangi, Kabupaen Garut, kejadian pada awal 2015 yang berdampak lima rumah hancur terbawa longsoran bahan rombakan dan emam rumah terancam longsoran.

Gerakan tanah terjadi pada  Kampung Ciguha, Desa Bantarkaret, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor yang berada pada area penambangan PT ANTAM. Lambat laun, tanah pada lereng tersebut dapat menjadi jenuh dan dapat menyebabkan terjadinya gerakan tanah. Karena, lembah alur sungai yang dalam dan rembesan air yang mengalir pada lereng yang terjal. Lereng yang nampak berserakan itu, merupakan bekas aktivitas penambangan emas yang sudah dilakukan pembersihan. "Jadi, perlu dilakukan penghijauan dengan tanaman yang berakar kuat dan dalam," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement