REPUBLIKA.CO.ID,GORONTALO -- Sejumlah petani di Kabupaten Bone Bolango, memberikan apresiasi atas kebijakan pemerintah kabupaten (pemkab) setempat, yang berani menolak masuknya beras impor di daerah itu.
"Produksi beras setiap tahun di daerah kami berlimpah, untuk apa ada beras impor masuk ke daerah kami," ujar Andi, salah satu petani di daerah itu, Sabtu.
Menurutnya, jika beras impor masuk ke Bone Bolango, berarti beras produksi lokal akan menurun penjualan di tengah masyarakat.
"Kualitas beras lokal juga cukup bersaing dengan beras impor. Buktinya, setiap panen beras para pembeli banyak yang datang dari luar daerah, seperti dari Manado, Sulawesi Utara," tambah Yanto, petani lainnya yang menggarap sawah di Suwawa.
Sebelumnya Pemkab Bone Bolango menolak kebijakan beras impor, khususnya yang masuk ke daerah itu, karena saat ini kondisinya surplus dari panen petani.
"Dengan berbagai upaya yang lakukan untuk meningkatkan produktivitas padi sawah dari tahun ke tahun, Kabupaten Bone Bolango belum pernah mengalami defisit beras, justru sudah surplus. Jadi kami di Bone Bolango tak butuh beras impor," kata Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Ketahanan Pangan (DPPKP) Kabupaten Bone Bolango Fenny Monoarfa, belum lama ini.
Masuknya beras-beras impor di daerah itu, bisa saja mengganggu pasaran beras lokal dari petani.
Menurut Fenny, untuk tahun 2015 terjadi peningkatan produktivitas padi yang sangat signifikan, yakni rata-rata mencapai 6,1 ton/hektare.
Produksi itu dinilai cukup tinggi dibandingkan tahun 2014 yang hanya mencapai 5,1-5,2ton/hektare.
"Sehingga Kabupaten Bone Bolango selalu surplus beras sekitar 6 ribu ton," ujarnya.
Karena surplus beras, maka Kabupaten Bone Bolango dianggap tak butuh beras impor, bahkan dinilai bisa ekspansi beras keluar untuk dijual ke daerah lain.
Beras dari Kabupaten Bone Bolango banyak disuplai ke Provinsi Sulawasi Utara (Sulut) dan sebagian ke Sulawesi Tengah (Sulteng).