Jumat 18 Dec 2015 22:29 WIB

Sedimentasi DAS Citarum Kian Parah

Rep: C12/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Sungai Citarum.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Sungai Citarum.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum, yang membelah wilayah kecamatan Cihampelas dan Batujajar di Kabupaten Bandung Barat, terus mengalami penyempitan. Kondisi di pinggir sungai tersebut dipenuhi tanah-tanah sehingga mempersempit aliran sungai.

Salah seorang warga setempat, Ayi menuturkan, kondisi tersebut sudah berlangsung sejak bertahun-tahun. Karena sudah kian lamanya, tumbuh rumput-rumput liar di tanah-tanah yang berada di pinggir sungai itu.

Ia mengakui, sempat ada upaya normalisasi yang dilakukan dari sejumlah pihak. Tapi, tanah-tanah hasil normalisasi itu turun kembali ke sisi sungai. "Terus saja gini, harusnya mah dibersihin kan," ujar dia, Jumat (18/12).

Sementara itu, Ketua Kelompok Masyarakat Pemantau Pencemaran DAS Citarum BPLHD Jabar Budi Setiawan pun meminta agar masyarakat sekitar sungai Citarum dapat menunjukan kepeduliannya terhadap lingkungan di sungai itu.

Menurut dia, kepedulian masyarakat terhadap lingkungan ini bisa ditunjukan dengan tidak membuang sampah ke sungai. "Sudah menyempit, ya jangan ditambah lagi sama sampah," tutur dia.

Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang (DCKTR) Anugerah mengakui, sedimentasi di sungai Citarum itu memang kerap menghambat aliran DAS Citarum yang melintasi daerah KBB. Menurut dia, memang diperlukan normalisasi sungai untuk menanggulanginya.

Namun, kata dia, tugas tersebut bukan pada tataran pemerintah KBB, melainkan perusahaan PT Indonesia Power sebagai operator PLTA Saguling. Sebab, normalisasi DAS Citarum di kawasan tersebut memang diperlukan untuk memperlancar pengoperasian PLTA tersebut. Terlebih, jika normalisasi dilakukan, usia PLTA pun akan panjang.

Kata Anugerah, sering kali tanah-tanah hasil normalisasi itu hanya diangkut ke pinggir sungai. Akibatnya, tanah-tanah kerukan tersebut mudah amblas ke sungai. Padahal, tanah-tanah bekas kerukan tersebut harus diangkut sampai ke darat. "Sedimentasi dari Citarum itu kan harusnya diangkut ke darat. Tapi kadang pengelola Indonesia Power ini cuma dipinggir," tutur dia.

Terlebih, saat musim hujan seperti sekarang ini, tentu akan membuat sedementasi tanahnya mudah amblas ke aliran sungainya. Menurut dia, IP ini mengalami kesulitan dari sisi armadanya. Sehingga, tanaman-tanaman yang tumbuh di atas sungainya pun bertambah banyak.

"Memang perlu alat yang lebih besar lagi. Didorong lebih besar lagi supaya nanti tak hanya dipinggir, tapi juga dibuang," kata dia.

Pemkab Bandung Barat sendiri tidak bisa menanganinya karena anggaran yang terbatas. Peran pemkab ini hanya menghimbau masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai. "Ini tugas IP dan Kementerian PU. Karena sungai ini kan juga melintasi beberapa kabupaten," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement