Jumat 18 Dec 2015 18:51 WIB

Ini Ibu yang Mengasuh 40 Pasien Gangguan Jiwa

Rep: c37/ Red: Teguh Firmansyah
Penderita gangguan jiwa, asyik tertidur di sebuah halte.
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Penderita gangguan jiwa, asyik tertidur di sebuah halte.

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Jamilah (40 tahun), tidak pernah menyangka jika akan menjadi ibu bagi sekitar 40 orang pasien gangguan mental. Padahal niat awalnya hanya sekedar membantu keponakan suaminya yang membangun sebuah yayasan rehabilitasi pasien penyakit kejiwaan di Kota Bekasi.

"Yah awalnya cuma bantu-bantu, karena nggak ada kerjaan," kata Jamilah saat ditemui di Yayasan Jamrud Biru, sebuah panti sosial rehabilitasi orang dengan masalah kejiwaan yang terletak di Jalan Mustikasari Kp. Babakan RT 03/04 Kel. Mustikasari Kec. Mustikajaya Kota Bekasi, Jumat (18/12) sore.

Jamilah mengaku jika suaminya tidak punya pekerjaan tetap. Ketika pada  2010 lalu, keponakan suaminya bernama Suhartono berniat membuka yayasan mental, ia dan suami pun bersedia membantu.

Dengan digaji masing-masing 800 ribu per bulan, keduanya ditugaskan menjaga puluhan pasien gangguan mental. Tugas Jamilah secara khusus adalah memasakkan mereka makanan dan menyuapi mereka. Bahkan, ia pernah memandikan pasien yang seluruhnya laki-laki itu.

"Yang saya suapi yang makannya lama. Terus berantakan. Tapi banyak yang sudah bisa makan sendiri," jelasnya.

Jamilah mengaku jika awalnya ia merasa takut terhadap pasien gangguan jiwa. Di sana, hanya ada dirinya satu-satunya perempuan, sementara yang bertugas mengurus pasien adalah suaminya dan dua orang perawat laki-laki lain. Bahkan, ia pernah dipukuli oleh seorang pasien hingga beberapa giginya tanggal.

"Saya udah bonyok-bonyok dipukulin. Tapi yang melindungi saya ya pasien yang lain. Mereka udah mulai sayang sama saya," kata Jamilah.

Kendati merasa takut, Jamilah tetap kembali ke sana. Ia merasa bertanggung jawab kepada para pasien. Mereka baginya sudah seperti anak sendiri. Sehingga, tidak datang kesana untuk memasak dan menyuapi mereka, membuat ia gelisah dan khawatir.  "Anak saya sudah menikah kedua-duanya. Jadi alhamdulillah bisa sepenuhnya mengurus pasien disini seperti anak saya sendiri,"tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement