REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan HB X mengatakan budi daya mina padi yang dikembangkan petani Kabupaten Sleman cukup penting karena tidak sekadar meningkatkan ketrampilan tetapi juga meningkatkan pendapatan bagi petani.
"Banyak yang dihasilkan dari mina padi ini, selain meningkatkan pendapatan petani, juga mendukung ketahanan pangan," kata Sultan saat panen perdana mina padi di Dusun Kandangan, Seyegan, Sleman, Rabu.
Menurut dia, petani juga butuh sentuhan teknologi dalam peningkatan hasil pertaniannya.
"Dinas terkait harus mendampingi agar pendapatan petani meningkat. Sebaiknya nila dipanen saat sudah besar agar harganya lebih tinggi," katanya.
Ia mengatakan, permasalahan sektor pertanian di Yogyakarta, selama lima tahun ini lahan pertanian berkurang sekitar 200 hektare. Banyak lahan yang beralih untuk pembangunan perumahan.
"Bagaimana tidak beralih lahan pertaniannya. Banyak pensiunan dari luar daerah memilih tinggal di Yogyakarta. Hal ini menjadikan harga tanah mahal sehingga petani juga tergiur untuk menjual," katanya.
Ketua Kelompok Mina Makmur di Kandangan Margodadi Seyegan, Ariyanto, mengatakan program mina padi mulai dikembangkan pada Oktober 2015.
"Tanam padi pada akhir September 2015 dan tebar ikan nila 5 Oktober 2015," katanya.
Ia mengatakan, ada sekitar tujuh hektare yang menerapkan program mina padi. Setiap 1.000 meter persegi ditebar 31,25 kilo gram nila.
"Dalam waktu 70 hari bisa panen 1,3 kuintal per 1.000 meter persegi. Panen ikan dilakukan sebelum panen padi. Ikan lebih cepat besar dibandingkan dipelihara di kolam," katanya.
Menurut dia, mina padi ini lebih menguntungkan dibandingkan hanya menanam padi karena bisa menanggulangi hama tikus.
"Biaya pemeliharaan berkurang 50 persen karena tidak perlu menyiangi. Kalau normal itu dipupuk dua kali, tapi kalau ini hanya sekali. Untuk pupuk saja bisa menghemat Rp170 ribu. Padi juga lebih subur dan butir padi lebih besar," katanya.