REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pariwisata (Kemenpar) terus berupaya untuk menarik wisatawan dari Timur Tengah untuk berkunjung ke Indonesia. Menteri Pariwisata Arief Yahya menilai
wisatawan dari Timur Tengah, khususnya Arab Saudi paling unik.
Menurut Arief, jam edarnya turis asal Arab agak beda. Jika kita beraktivitas pada siang hari dan tidur malam, mereka justru sebaliknya. Aktivitas malam, tidur siang. Sehingga, kebiasaan hidup turis Arab yang berbeda itu juga sangat mempengaruhi services total, seperti jam sarapan,makan siang, dan makan malam semua bergeser.
“Tapi ya begitulah gaya hidup mereka, yang harus dilayani,” kata Menpar Arief Yahya dalam keterangan persnya. Risikonya, kata dia, hotel, restoran dan cafe harus menyiapkan minimal dua shift. Shift normal dan shift Arab yang waktunya berbeda 180 derajat.
Arief mengungkapkan, hal itu tidak menjadi soal, karena manajemen resto dan hotel sekarang pintar-pintar dalam mengatur tenaga kerja dan kesiapan bahan bakunya.
"Memang ribet, tetapi benefitnya juga lumayana bagus. Turis asal Arab Saudi, spending-nya paling besar, bisa 1.750 dolar AS per kunjungan, UAE seperti asal Dubai rata-rata 1.500 dolar AS per kunjungan. Rata-ratanya paling tinggi diantara turis lain yang hanya 1.200 dolar AS per kunjungan,” papar Arief.
Bahkan, lanjut Arief, ada riset yang dilakukan VISA Card. Hasilnya cukup mencengangkan, spending rata-rata turis asal Timur Tengah mencapai 6.600 dolar AS per datang. “Karena itu, Timur Tengah adalah pasar potensial, dan Lombok berhasil menyabet dua gelar The Best Halal Destination Award 2015 dan The Best Halal Honeymoon Award 2015. Artinya, kita akan punya lokasi yang cocok buat mereka berwisata, dan yang kita proyeksikan setelah Lombok adalah Mandeh Sumatera Barat dan Aceh, NAD,” kata Arief Yahya.
"NTB sudah mendapatkan legitimasi kelas dunia. Pasarnya ada, spendingnya besar, infrastruktur bisa, connectivity bisa asal studi kelayakannya memenuhi kriteria,” ujar Menpar yang menyebut Lombok sebagai Kota 1.000 Masjid.
Keikutsertaan Kemenpar di berbagai even dunia juga dengan pasar Arab juga akan dilanjutkan. “Tahun 2016 kami tetap akan tampil, karena forum ini menjadi bursa pariwisata terbesar di Timur Tengah. Pintu masuk dan cara memperkenalkan Indonesia di sana,” kata Arief.
Selain itu, pihaknya juga menggarap pasar Arab Saudi, dengan Pameran di Jeddah, Riyadh dan Dammam. Tahun 2016, akan memperbanyak frekuensi dan jumlah koneksivitas dan penerbangan langsung ke Bali, Lombok dan Jakarta. “Terbang 7-8 jam itu masih oke untuk traveling, bisa direct flight, ” kata dia. Tahun 2016, ini akan menjadi fokus utama, selain branding, advertising, dan sales.