Sabtu 12 Dec 2015 10:29 WIB

Layyina dan Dunia Jurnalisme

Red: M Akbar
Member of Parliament Colchester menyampaikan hadiah pemenang utama kepada Layyina Tamanni
Foto: istimewa
Member of Parliament Colchester menyampaikan hadiah pemenang utama kepada Layyina Tamanni

REPUBLIKA.CO.ID,Oleh: Murniati Mukhlisin (Penulis tinggal di Colchester, Inggris)

Walau dibesarkan di kalangan keluarga yang lebih banyak berkecimpung di bidang akademis dan bisnis namun Layyina mampu mendapatkan motivasi dan insipirasi dalam dunia jurnalisme. Ia kerap bersentuhan dengan pendidikan religi. Lalu lingkungannya juga membuat dia menjadi kritis terhadap apa yang dilihatnya.

Hari ini, Layyina Tamanni mendapatkan First Prize dari Tutor Doctor Colchester North yang bertempat di kantor berita Gazette, Colchester, Inggris. Acara pemberian hadiah acara tahunan ini dibuka oleh Member of Parliament untuk Kota Colchester, WIll Quince.

Layyina nampak sangat bahagia saat menerima hadiah berupa Amazon Fire DH8 untuknya dan Amazon Voucher untuk sekolahnya, Gilberd School. Dia berhasil mengalahkan teman-temannya dari berbagai sekolah di Colchester.

Layyina menyampaikan dengan bahasa Inggris bahwa tulisan yang dimasukkan ke dalam perlombaan jurnalisme muda ini didorong dengan berita di media tentang buruknya citra Islam baru-baru ini.

Selaku muslimah, dia ingin menyuarakan bahwa Islam itu tidak identik dengan kekerasan, apalagi terorisme. Artikel yang ditulis Layyina akan dipublikasikan di koran Gazette dan di media online lainnya.

Kejadian di London mengenai penghinaan wanita muslimah di dalam bus karena tersangka anggota Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) sangat keterlaluan. Layyina memandang hal itu sungguh mengeneralisasi bahwa muslim itu jahat.

Meski di sekolahnya yang sekarang dia tidak belajar Islam namun orangtuanya dan pengajian komunitas Indonesia di tempat Layyina tinggal sering memberikan pencerahan. Pencerahan itu mengajarkan Islam selalu menumbuhkan kebaikan, kedamaian, kerukunan. "My mommy and daddy always advise us to behave nicely to our non-Muslim friends, neighbors and show that we can excel," kata Layyina.

Layyina yang ketika di Indonesia bersekolah di SIT Fajar Hidayah ini menunjukan bukti sebuah survei dalam artikelnya bahwa sejak serangan 9/11, Gallup Poll menunjukan ternyata hanya 7 persen muslim itu digolongkan radikal. Sedangkan 93 persen lainnya adalah muslim yang cinta damai. Poin ini menjadi salah satu poin terbesar dalam penilaian lomba jurnalisme yang diikutinya kali ini.

Layyina juga sudah menyelesaikan draft buku dalam bahasa Inggris tentang cerita fiksi mengenai Global Warming, suatu hal yang sangat memprihatinkan katanya. Namun dia belum mau mencetak bukunya karena dia masih ingin memperbaiki bahasanya. "InshaaAllah next year" jawabnya sambil tersenyum - senyum ketika ditanya kapan bukunya terbit.

Ibunya adalah seorang dosen akuntansi Islam sedangkan ayahnya adalah mahasiswa S3 di Glasgow. "Layyina memang suka membaca dan berdiskusi tentang masalah seputar ke-Islaman, yang dijadikannya bahan untuk menulis" tutur ibunya, Dr. Murniati Mukhlisin, M.Acc. 

"Kami tidak mengajarkan anak - anak supaya ambisius untuk berkompetisi tetapi kami mengarahkan supaya selalu bisa berbuat yang terbaik. Untuk itu kami selalu menceritakan kegemilangan dan keindahan Islam, kepandaian Rasululullah SAW dan para sahabatnya juga ulama - ulama setelahnya, yang kami harapkan menjadi motivasi bagi anak - anak kami" tambah ayahnya, Luqyan Tamanni, M.Ec. 

Kedua orangtua Layyina juga aktif di bidang perencanaan keuangan keluarga syariah di Inggris dan di beberapa negara, juga aktif menulis artikel mingguan di beberapa media dengan nama Sakinah Finance.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement