REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, tidak meminta pengunduran jadwal pelaksanaan Ujian Nasional (UN) bagi para siswa setempat. Walau para pelajar sempat libur akibat kabut asap selama hampir tiga bulan akibat kebakaran lahan dan hutan.
"Sejauh ini kami dan pelajar sudah siap mengikuti kapan jadwal UN ditetapkan secara nasional," kata Kadisdik Kota Pekanbaru Zulpadil, di Pekanbaru, Jumat (11/12).
Zulpadil menerangkan pihaknya sudah berkoordinasi dengan Disdik Provinsi Riau untuk sepakat tidak meminta dilakukan penundaan jadwal UN tahun ajaran 2015-2016. Kami sudah memberikan jawaban tetap pada aturan dan jadwal UN serentak nasional," ujarnya.
Dia menyebutkan para pelajar di wilayah setempat mengalami libur panjang hampir tiga bulan akibat kabut asap. Kondisi ini diakuinya telah berakibat pada ketertinggalan mata pelajaran siswa di segala jenjang.
Namun dia yakin dengan sisa waktu yang ada saat ini hingga penyelenggaraan UN sekitar April tahun depan, para siswa masih bisa dipacu. "Memang libur kabut asap kemarin itu jelas membuat materi pelajaran terganggu. Tetapi kami sudah menyikapinya dengan melakukan penambahan jadwal les dan belajar," katanya.
Berbicara kekhawatiran penurunan prestasi siswa, Zulpadil menyatakan tidak terlalu mengkhawatirkan hal itu. Karena jenis soal yang di ujikan sudah sering dipelajari dan dibahas pada latihan-latihan. Lagi pula akan ada uji coba soal-soal yang dilakukan pada tiap sekolah.
"Intinya kami tidak meminta UN diundur, tetapi kalau kebijakan Kemendikbud mengundur kami siap. Sedang tidak diundur pun kami siap apalagi kalau diundur maka akan lebih siap," ujarnya.
(Baca Juga: Perlu Tambahan Jam Belajar Pascakabut Asap ).
Sebelumnya diberitakan seluruh siswa di Pekanbaru dari berbagai jenjang pendidikan PAUD hingga SMA sederajad diinstruksikan libur sekolah. Akibat kualitas udara berada pada level berbahaya. Walau belakangan dikarenakan ketertinggalan materi pelajaran yang cukup lama, siswa SMP hingga SMA sederajat dibenarkan belajar dua kali seminggu yakni Senin dan Kamis guna memberikan tugas-tugas rumah dan mengumpulkannya.
Namun kondisi ini tetap mengganggu karena proses belajar mengajar hanya dua-tiga jam dalam sekali pertemuan. Tidak jarang siswa dipulangkan tiba-tiba seiring berbahayanya kualitas udara hingga terlihat seperti kekuningan.