REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia perlu mengembangkan ekonomi kreatif. Pengembangan perlu dilakukan sebagai salah satu aspek perekonomian andalan dalam menghadapi pasar bebas seiring dengan pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
"MEA sudah di depan mata dan Indonesia harus terus bertumbuh dalam hal ekonomi kreatif," kata Ketua Bidang Organisasi Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi), Anggawira dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat (11/12).
Menurut Anggawira, potensi ekonomi kreatif Indonesia sangat besar dan potensial serta sektor tersebut juga dikenal sebagai sumber daya terbarukan yang tidak ada habisnya untuk diciptakan. Hal itu, ujar dia, berbeda dengan sumber daya alam yang suatu saat akan terancam habis atau menipis.
Lebih dari itu, lanjutnya, ekonomi kreatif juga dapat digunakan sebagai penguatan identitas bangsa Indonesia yang dikenal kaya akan nilai-nilai kearifan lokal. "Kehadiran asosiasi bertujuan mensinergikan potensi pengusaha untuk mendorong tumbuhnya usaha pemula," katanya.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Thomas Lembong merasa yakin bahwa usaha kecil menengah (UKM) dalam negeri mampu menghadapi pelaksanaan MEA, yang akan mulai berlaku aktif pada 1 Januari 2016. "Saya sudah keliling ke daerah dan banyak melihat pameran UKM, saya percaya diri, banyak UKM yang punya lebih banyak cerita sukses dan melihat MEA sebagai peluang, bukan takut, merasa tertekan atau bertentangan dengan integrasi ASEAN," kata Thomas, seusai menghadiri "Apindo CEO's Gathering", di Jakarta, Senin (7/12).
Thomas mengatakan, salah satu upaya pemerintah untuk mendukung keberlangsungan usaha UKM, pemerintah telah melakukan deregulasi dan debirokratisasi. Dua hal itu untuk menyederhanakan proses perizinan dan menyelesaikan masalah regulasi yang tumpang tindih.