Kamis 10 Dec 2015 20:46 WIB

Ini Strategi Menpar untuk Menarik Wisatawan di ASEAN

Wonderful Indonesia.
Foto: dok kemenpar
Wonderful Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengatakan, kedekatan atau proximity sangat menentukan dalam industri pariwisata. Menurut dia, dalam industri pariwisata berlaku prinsip, "siapa dekat dia dapat, siapa cepat dia selamat, siapa murah dia melimpah".

"Itulah mengapa angka kunjungan wisataran di daratan Eropa itu spektakuler, jumlahnya besar. Paris bisa menembus 80 juta, Spanyol 60 juta, London 40 juta," ujar Arief dalam keterangan persnya yang diterima Republika.co.id, Kamis (10/12).

Melimpahnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke daratan Eropa, kata dia, terjadi lantaran jaraknya dekat, waktu tempuhnya cepat, dan ongkosnya lebih ekonomis bisa dijangkau kereta cepat atau jalur darat. Selain itu, stasiunnya di dalam kota, tidak seperti airport yang rata-rata di luar kota, berjarak dan berbiaya lagi. Ia menegaskan, kedekatan menjadi faktor.

“Originasi atau pasar terdekat kita saat ini adalah Singapura, Malaysia dan negara-negara ASEAN," papar Menpar Menpar yang sejak setahun ini terus memetakan detail Singapura dan Malaysia itu. Menurut dia, pemetaan itu menghasilkan strategi dasar pengembangan pasar di dua negara yang acap disebut Negeri Jiran itu.

“Komposisi penduduk Singapura itu, jumlah 5 juta, penduduk asli warga Singapura 3,5 juta, ekspatriat 1,5 juta, wisman setahun 15 juta, rata-rata satu bulan 1,25 juta tambahan wisman, sehingga rata-rata per hari ada 6,25 juta manusia di pulau kecil di Selat Malaka itu,” papar Arief.

Sebanyak 3,5 juta penduduk asli Singapura itu, papar dia, biasa berwisatanya setahun dua kali pada pertengahan dan penghujung tahun. Normal-normal saja, nyaris flat sepanjang tahun, karena libur mereka sesuai jadwal resmi. Yang 1,5 juta orang ekspatriat di Singapura itu dinilai lebih mobile, karena mereka bekerja, dan lebih fast moving.

“Mereka inilah yang diserang dengan senjata Visa Free, sehingga kalau punya waktu 2-3 hari saja, bisa dipakai untuk menyeberang ke Batam-Bintan,” papar Arief Yahya. Karena itu, pasar 1,5 juta ekspatriat yang berada di Singapura itu adalah objek potensial yang tengah digarap Kemenpar. "Kemudahan Visa Free itu sejak dipromosikan, langsung terasa dampaknya," papar Arief.

Pertama, kata dia, turis yang berkunjung ke Bintan melonjak tajam, bahkan mengalahkan Batam. Ia menilai hal itu sebagai sejarah baru peta turis berubah di Tanah Air. Arief memaparkan, jika promosi semakin tepat, sasaran originasi semakin presisi, akses makin mudah, dan amenitas di Bintan Batam makin komplet dan variatif, potensi itu akan semakin besar.

Sementara itu, untuk 1,25 juta turis yang berwisata ke Singapura tiap bulannya itu, kata Arief, sudah dicegat dengan promosi one destination two countries. Joint promo Wonderful Indonesia dengan Changi International Airport di Shanghai dan banyak kota di China, untuk mempromosikan Singapore-Indonesia dalam satu paket.

Misalnya, dua malam di Singapura, tiga malam di Batam-Bintan, atau kota-kota lain di Indonesia. “Sasarannya Cina, Hongkong, Jepang dan Korea, yang paling banyak berwisata ke arah ASEAN,” ungkapnya yang didampingi I Gede Pitana, Deputi Pemasaran Mancanegara dan Rizky Handayani, Asdep Pemasaran ASEAN.

Joint promo ini menjadi menarik, karena Singapura juga agresif untuk menjual paket-paket. Indonesia juga superagresif mencari pasar wisata. Menurut Arief, sesama makhluk agresif kalau digabung, maka akan menghasilkan paket yang murah, meriah, dan maksimal.

"Orang datang ke Singapura menikmati man made, seperti Universal Studio, Sentosa Island, Jurong Park, shopping, dan lainnya. Lalu orang menyeberang ke Bintan untuk melihat pantai, pasir putih, laut jernih, langit biru, bawah laut hidup terumbu karang berwarni rupa, dan hutan yang hijau dengan segala habitat yang hidup di dalamnya," tutur Arief. Menpar makin optimis, target 2016 dengan angka 2,3 juta wisman dari Singapura bisa direbut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement