REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Persatuan Pembangunan (PPP) mengecam pernyataan Donald Trump soal 'pencegahan total dan menyeluruh orang-orang Muslim memasuki Amerika Serikat' dan 'pengawasan terhadap masjid-masjid di AS'.
Ketua PPP hasil Muktamar Surabaya Muhammad Romahurmuziy (Romi) mengatakan, pernyataan Trump tersebut menyesatkan dan kental dengan nuansa SARA. Dengan pernyataan tersebut, justru ingin membangkitkan semangat intoleransi antarumat beragama.
Romi mendesak Trump menyatakan permintaan maafnya secara terbuka dan mengoreksi pernyataannya. Kalau pengusaha asal AS tersebut tidak bersedia minta maaf, PPP menyerukan pada seluruh masyarakat Indonesia untuk menolak seluruh investasi dari Trump.
"PPP menyerukan penolakan investasi Trump dalam bentuk apa pun di Indonesia," ujar Romi pada Republika.co.id, Kamis (10/12).
(Baca: Donald Trump tak Menyesal Sebut Larang Muslim Masuk AS)
Romi menambahkan, sebagai negara Muslim terbesar di dunia, PPP mengajak seluruh masyarakat menolak investasi Trump sampai yang bersangkutan meminta maaf secara terbuka.
Sebab, Trump juga melansir pernyataan rasisnya secara massif. Menurut Romi, Indonesia memang butuh investasi, bahkan ramah terhadap masuknya investasi asing, tapi kita tidak bisa menerima investasi itu kalau diberikan oleh orang yang tidak menampilkan wajah yang bersahabat.
Pernyataan Trump, imbuh Romi, tidak mungkin timbul kalau tidak didasari sikap apriori terhadap umat Islam. Pernyataan itu dapat memancing kemarahan umat Islam di seluruh dunia, bahkan bisa memantik timbulnya 'benturan peradaban', seperti ramalan Huntington.
Donald Trump adalah pengusaha AS yang berniat untuk maju menjadi bakal calon presiden AS. Romi menilai, sangat tidak bijak orang seperti Trump dipilih untuk memimpin negara sebesar AS. Di tengah meningkatnya radikalisme akhir-akhir ini, hendaknya pemimpin AS adalah figur yang bersahabat kepada seluruh umat beragama.
"Pemimpin AS harus mengedepankan jalan damai dalam setap dispute settlement, tanpa kehilangan ketegasan sebagai negara dengan kekuatan militer dan ekonomi terbesar di dunia," tegas Romi.
(Baca juga: Trump Minta Tutup Akses Masuk Muslim ke AS)