REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Anggota DPRD Nusa Tenggara Barat (NTB) Kasdiono mengatakan sekitar 50-60 persen pencari kerja asal NTB merupakan lulusan Sekolah Dasar dan bahkan tidak tamat. Kondisi tersebut menjadi permasalahan tersendiri bagi daerah apalagi sebentar lagi akan menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
"Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), 50-60 persen pencari kerja asal NTB merupakan lulusan SD bahkan tidak tamat," ujarnya kepada wartawan di Kota Mataram seusai mencoblos di TPS 3 Kelurahan Pagesangan Barat, Rabu (9/12).
Pada HUT ke 57 NTB, ia menuturkan, hal tersebut menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah provinsi dan seluruh pemegang kebijakan.
"Di usia ke 57, NTB banyak PR, itu harus kita sikapi bersama, tidak hanya tanggung jawab pemerintah. Namun, tanggung jawab bersama," katanya.
Menurutnya, salah satu cara mengatasi itu adalah membenahi sektor pendidikan. Termasuk meningkatkan pelatihan-pelatihan kepada tenaga kerja dan mengaktifkan kembali Balai Latihan Kerja (BLK).
Kasdiono mengaku kaget ketika angka pengangguran disumbang banyak oleh SMK. Padahal, produk-produk yang dikeluarkan seharusnya bisa diterima oleh pasar industri. Serta kepala dinas yang harus mampu menyerap tenaga kerja.
Dirinya mengatakan jika kualitas pendidikan pencari kerja tidak ditingkatkan menjelang MEA. Maka, sosial cost ditengarai akan semakin tinggi termasuk kecemburuan sosial antar masyarakat serta investasi akan mandek.