Selasa 08 Dec 2015 00:51 WIB

Indonesia Punya Peluang Meningkatkan Neraca Dagang dengan Cina

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menteri Perdagangan Thomas Lembong memeriksa kondisi buah tomat yang dijual pedagang saat melakukan kunjungan ke Pasar Induk, Tangerang, Banten, Selasa (10/11)
Foto: Antara/ho/banu
Menteri Perdagangan Thomas Lembong memeriksa kondisi buah tomat yang dijual pedagang saat melakukan kunjungan ke Pasar Induk, Tangerang, Banten, Selasa (10/11)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perdagangan Thomas Lembong mengatakan, dengan dijadikannya yuan sebagai mata uang global maka dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan perdagangan dengan Cina. Pasalnya, saat ini Cina sedang mengubah arah perekonomiannya dari produksi ke konsumsi.

Thomas menjelaskan, sebelumnya Cina selalu menggunakan dolar AS untuk semua transaksi perdagangan. Akibatnya, Cina harus rajin ekspor untuk menimbun dolar AS yang akan digunakan dalam transaksi perdagangan. Menurut Thomas, dengan keputusan IMF menjadikan yuan sebagai mata uang global maka tekanan ekspor Cina semakin berkurang karena mereka tidak perlu lagi menimbun cadangan devisa dalam bentuk dolar AS.

"Jadi ini sebenarnya dapat mengurangi persaingan ekspor di regional dan dunia," ujar Thomas di Jakarta, Senin (7/12).

Thomas menjelaskan, saat ini pertumbuhan industri di Cina sudah terlalu berlebihan dan tidak sehat karena menimbulkan tingkat polusi yang tinggi. Dengan demikian, Cina akan memulai untuk mengubah arah perekonomiannya dari produksi ke konsumsi.

Menurut Thomas, melalui keputusan IMF tersebut sebetulnya membantu Cina untuk lebih giat melakukan konsumsi dan di sisi lain dapat menjadi peluang Indonesia dalam meningkatkan neraca perdagangan ke Cina. Thomas mengatakan, Cina membutuhkan waktu untuk menutup sejumlah pabrik di negaranya. Sementara produk-produk Cina masih terus banjir di seluruh dunia.

"Saya optimis bahwa defisit perdagangan kita ke cina akan berkurang, dan peluang untuk menyeimbangkan hubungan bilateral dengan cina yakni melalui investasi dan pariwisata," kata Thomas.

Thomas mengatakan, jika Cina berinvestasi membangun pabrik di Indonesia maka lambat laun akan terjadi perpindahan kapasitas produksi di Tanah Air. Hal ini dapat meningkatkan daya saing produk Indonesia dengan negara lain. Tak hanya itu, dengan adanya pabrik baru maka ada peluang untuk membangun pabrik modern yang polusinya bisa lebih terkendali.

Thomas mengatakan, impor Indonesia dari Cina sebesar 30 miliar dolar AS per tahun dan ekspor Indonesia ke Cina mencapai 16 miliar dolar AS. Dengan ditetapkannya yuan sebagai mata uang global, maka akan mengurangi permintaan dolar AS di dalam negeri.

"Target saya kalau kita bisa menggeser sepertiga dari impor kita dari bayar dolar ke bayar dengan renminbi, maka akan mengurangi permintaan dolar sebesar 10 miliar dolar AS per tahun secara permanen," kata Thomas.

Hal tersebut juga akan mengurangi tekanan terhadap kurs rupiah ke dolar AS. Menurut Thomas, dengan ditetapkannya yuan sebagai mata uang global, maka penyedia likuiditas dunia makin variatif dan mengurangi tekanan dolar AS terhadap mata uang lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement