REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi Fahmy Radhi meminta pemerintah Indonesia segera keluar dari keanggotaan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC). Keberadaan Indonesia dinilai sama sekali tidak ada keuntungan nyata.
"Kalau disebut kita ada keuntungan, misalnya dapat harga minya yang lebih murah, atau apapun, itu semua semacam alasan yang mengada-ada," kata dia, Ahad (6/12).
Fahmy memaparkan, pembentukan harga minyak di tingkat dunia didominasi oleh kebijakan Amerika Serikat. Anggota OPEC, lanjutnya, bahkan saat ini sudah kehilangan dominasi mengatur harga. Lagipula, di setiap forum OPEC, hampir tidak pernah dibahas soap kebijakan impor. Indonesia justru dinilai rugi karena harus membayar iuran anggota rutin per tahun tanpa ada pengembalian manfaat yang signifikan.
Ketimbang menjadi anggota OPEC untuk memeroleh harga yang lebih murah, lanjutnya, lebih baik menjalin kerja sama secara bilateral. Misalnya, negosiasi langsung dengan Arab Saudi. Indonesia berpeluang mendapatkan harga minyak lebih murah karena permintaannya yang tinggi yakni 530 barel per hari.
"Kalau impor kita besar, mereka (negara-negara OPEC) akan berlomba menawarkan harga minyak dengan harga murah," ujarnya.
Indonesia menjadi anggota OPEC sejak 1961. Seiring waktu, kegiatan eksplorasi dan produksi berkurang, sementara kebutuhannya terus meningkat. Cadangan minyak dan gas pun perlahan mengalami penurunan.
Data Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas menyebut, produksi minyak mentah Indonesia sejak 1996 hingga 2006 terus menurun 10-12 persen. Setelah itu, penurunan produksi terus berlanjut di kisaran 2-3 persen. Di sisi lain, laju konsumsi minyak di dalam negeri terus tumbuh sekitar 5,8 persen.
Indonesia dianggap sebagai importir bersih minyak sejak 2005. Dominasi ekspor minyak Indonesia saat ini masih lebih rendah dari pada kegiatan impornya. Pemerintah lantas memutuskan keluar dari keanggotaan OPEC pada 2008.
Indonesia kemudian memutuskan bergabung kembali di OPEC pada sidang OPEC ke-168, 4 Desember 2015 di Vienna Austria. OPEC dinilai banyak kalangan internasional memiliki peranan signifikan dalam mendorong pergerakan harga minyak dunia ke titik keseimbangan baru yang menguntungkan perekonomian dunia, termasuk negara anggotanya.