REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Indonesia sebenarnya sangat kaya akan bangunan heritage, artefak kuno, situs bersejarah, bekas-bekas peradaban dan kejayaan masa lampau. Namun, potensi yang berserak itu dibiarkan lapuk ditelan waktu.
Padahal, jika dikelola secara profesional bangunan-bangunan heritage, seperti istana kerajaan, gedung bersejarah, peninggalan kolonial, serta artefak raja-raja bisa menjadi magnet untuk menarik wisatawan mancanegara berkunjung ke Indonesia.
Hal itu telah dibuktikan oleh Paradores Group di Spanyol. Bangunan heritage di tangan Paradores mampu menjadi 'nyawa' sebuah entitas bisnis besar. Paradores sudah memimpin dengan 94 hotel yang 100 persen berbasis dari reruntuhan dan sisa-sisa bangunan bersejarah di Spanyol.
Paradores tidak saja menjual fasilitas bintang lima dengan segala kualitas services-nya. Tetapi juga menggiring imajinasi orang untuk menelusuri jejak sejarah. Bekas istana, bekas kastil, bekas kantor pemerintahan, sampai bekas penjara pun disulap menjadi hotel yang berkelas dunia.
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya pun bertekad untuk mengembangkan bangunan heritage yang tersebar di berbagai kota di Indonesia, seperti yang dikembangkan Paradores di Spanyol.
"Kita itu kaya akan bangunan heritage, bekas istana kerajaan, gedung bersejarah, peninggalan kolonial maupun artefak raja-raja. Bangunan heritage tidak boleh diruntuhkan, tidak bisa dibangun sembarangan, hanya diizinkan sebagai cagar budaya, dipoles, direvitalisasi, direstorasi, tanpa mengubah bentuk aslinya," ujar Arief dalam keterangan persnya, Sabtu (5/12).