Jumat 04 Dec 2015 12:06 WIB

Pelita Air Surati Kemenhub Soal Bandara Pondok Cabe

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Indira Rezkisari
Pekerja melakukan pengaspalan ulang landasan pacu Bandara Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang Selatan,Kamis (3/12). (foto : MgROL_54)
Pekerja melakukan pengaspalan ulang landasan pacu Bandara Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang Selatan,Kamis (3/12). (foto : MgROL_54)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Plt Direktur Utama Pelita Air Services (PAS) Rifky E. Hardijanto mengatakan, pihaknya bersama PT Pertamina (Persero) akan mengajukan surat permohonan kepada Kementerian Perhubungan (Kemenhub) terkait pengembangan dan renovasi Bandara Pondok Cabe, di Pamulang, Tangerang Selatan, Banten.

"Kita akan kirimkan surat permohonan ke Kemenhub, ke Direktur Kebandaraan dan Navigasi, untuk minta bimbingan teknis, InsyaAllah surat akan kita berikan hari ini supaya cepat," katanya kepada Republika.co.id, Jumat (4/12).

Melalui surat tersebut, ia meminta, Kemenhub memberikan bimbingan teknis agar Bandara Pondok Cabe dapat memenuhi unsur-unsur seperti keselamatan hingga regulasi. Menurutnya, keinginan menjadikan Bandara Pondok Cabe sebagai bandara komersial tidak lepas dari kepadatan yang terjadi di Bandara Internasional Soekarno-Hatta dan Bandara Halim Perdanakusuma.

"Karenanya kita membuka diri berikan layanan penerbangan, dan berikan manfaat ke masyarakat," lanjutnya.

Soal pengaturan ruang udara, Rifky menyerahkan sepenuhnya kepada Kemenhub untuk mengkajinya lebih lanjut.

PAS bersama Pertamina menargetkan, bandara tersebut sudah bisa diopersikan pada Februari mendatang jika izinnya sudah keluar. Dana sebesar Rp 100 miliar yang digelontorkan PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya, PT Pelita Air Services digunakan untuk pengembangan dan renovasi Bandara Pondok Cabe, di Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, dan dibagi dalam dua tahap.

"Pertama, separuh dana itu kita gunakan untuk meningkatkan infrastruktur yang diharapkan bisa menyelesaikan agar Bandara Pondok Cabe bisa menjadi bandara tipe B," ucapnya.

Langkah awal, ia katakan, membangun pagar baru, lantaran pagar yang lama sudah dalam kondisi hancur. Hal ini dilakukan agar secara keamanan, keberadaan bandara tersebut aman. Langkah kedua ialah pengaspalan ulang (overlay) runway yang sejak 80-an tidak pernah diperbaharui.

"Makanya kita overlay ulang. Selama ini baru bisa 1.700 meter dari 2.200 meter. Itu memang anggaran paling banyak menyerap anggaran itu ya overlay runway. Kalau mau sekali ya sekitar 60-70 persen (anggaran) digunakan untuk itu," sambung dia.

Kemudian, langkah selanjutnya, ia katakan, pemasangan lampu lampu navigasi, persiapan alat-alat navigasi di menara kontrol, dan juga infrastuktur pendukung yang lain seperti genset.

Selama ini, bandara dengan luas total 170 hektare ini, ia katakan, bersifat privat milik Pertamina dan tidak ada penerbangan terjadwal.

"Kita targetkan Februari bisa operasi, kalau perizinan tuntas Januari maka Februari bisa operasi," katanya menambahkan.

Saat ini proses pengerjaan sudah seperti pagar dan overlay, bahkan overlay ditargetkan selesai pada 21 Desember.

"Kita harapkan sertifikasi bisa tuntas pada Januari, karena persoalan  perijinan kan ada di pemerintah, kemenhub, bandara itu kan seyogyanya disedikan oleh pemerintah," Rifky melanjutkan.

Ia menjelaskan, keberadaan Bandara Pondok Cabe, nantinya diharapkan mampu mengurangi beban yang terjadi di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, dan Bandara Halim Perdana Kusumah, Jakarta.

Disinggung berapa kapasitas di Bandara Pondok Cabe, Rifki merencanakan bandara tersebut akan mampu menampung 600 ribu penumpang per tahun.

Bicara operatornya, lanjutnya, sebagai pemegang Air Operator Certificate (AOC), kemungkinan operator akan dipegang oleh anak usaha Pelita. Untuk melayani kedatangan dan keberangkatan penumpang, ia mengatakan, Pelita masih akan memanfaatkan bangunan terminal lama yang dinilai masih dalam kondisi baik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement