REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- SMP Satu Atap Cisarua, Kecamatan Tegalwaru, harus menahan getir. Pasalnya, sekolah yang baru dibentuk pada tahun ajaran 2015/2016 ini, terpaksa kehilangan semua muridnya. Padahal, murid di sekolah pelosok itu hanya tujuh anak. Tetapi karena kekhawatiran orang tua, ketujuh pelajar kelas tujuh itu harus pergi meninggalkan sekolah tersebut.
Hendra (45 tahun), salah seorang Guru di SMP Satu Atap Cisarua, mengatakan, pada Juli lalu, Pemkab Purwakarta membuka sekolah baru ini. Dengan alasan, supaya pelajar kelas enam dari SDN 3 Cisarua, yang ada di Kampung Kiaralawang ini, bisa meneruskan sekolah. Siswa kelas enam yang jumlahnya hanya tujuh anak ini, akhirnya diterima di SMP Satu Atap Cisarua. "Lokasi sekolahnya, masih nebeng di SDN 3 Cisarua," ujarnya, kepada sejumlah media, Senin (30/11).
Atas kondisi ini, lanjut Hendra, ternyata menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi orang tua murid. Ternyata, setelah sekolah satu atap ini dibuka, lalu beberapa pekan terjadi kegiatan belajang mengajar (KBM), para orang tua ternyata menarik anak-anak mereka untuk pindah sekolah.
Anak-anak yang tujuh orang itu, semuanya pindah sekolah. Ada yang ke SMPN 2 Tegalwaru, ada juga yang menyebrangi Waduk Jatiluhu untuk sekolah ke SMPN Sukasari. Jadi, lima bulan pascadibuka, sekolah satu atap kini tak melaksanakan KBM lagi. Sebab, para siswanya telah meninggalkan sekolah yang dekat dengan lingkungan penduduk ini. "Padahal, pemkab telah menyiapkan sarana dan prasarananya. Seperti guru, dan alat tulis. Tapi, apa mau di kata, kalau akhirnya anak-anak ini meninggalkan kami," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Purwakarta, Rasmita, mengaku pihaknya belum menerima laporan soal tujuh siswa yang meninggalkan SMP Satu Atap Cisarua. Karena itu, dalam waktu dekat, Disdikpora akan segera memanggil pihak terkait atas kejadian ini. "Kami akan minta penjelasan, kenapa anak-anak ini sampai pindah ke sekolah lain," ujarnya.
Menurut Rasmita, Pemkab Purwakarta sangat konsern terhadap pendidikan. Termasuk di wilayah terpencil. Karena itu, pemkab rela menabrak aturan untuk membentuk SMP satu atap. Meskipun, siswanya hanya tujuh anak, sekolah ini tetap dibentuk. Dengan tujuan, supaya sekolah semakin dekat dengan anak. Serta, meminimalisasi anak yang //drop out//.
Terkait dengan bangunan kelas, tahun depan sekolah satu atap ini akan mendapat prioritas bantuan. Sehingga, sekolah ini tidak menggunakan SDN 3 Cisarua. Supaya, siswa lulusan SDN 3 Cisarua ini, bisa langsung melanjutkan sekolah dengan jarak yang sangat dekat. N Ita Nina Winarsih