REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung Ahyani Raksanegara menyebutkan, penderita HIV dan AIDS di Kota Bandung mencapai sekitar 3.000 orang. Mereka mulai dari bayi hingga usia dewasa dengan jumlah terbesar rata-rata berada di usia produktif.
"Pengidap HIV AIDS di Kota Bandung sekitar tiga ribuan dengan usia dari bayi hingga dewasa," kata Ahyani saat dihubungi Republika.co.id, Senin (30/11).
Faktor penyebabnya paling tinggi, kata dia, masih diakibatkan NAPZA dari pertukaran jarum suntik. Sementara yang kedua, karena perilaku seksual berisiko. Serta, ada pula karena diturunkan dari orang tua.
Ia berharap, warga Kota Bandung tidak malu atau takut memeriksakan kesehatannya. Ia mengutamakan kepada ibu rumah tangga yang hamil untuk rutin mengecek potensi tertular HIV/AIDS. Karena, penyakit ini dapat menular kepada siapapun dan kapanpun.
"Keprihatinan saya manakala HIV ini menyasar pada kalangan berisiko rendah seperti ibu rumah tangga yang akan melahirkan keturunan. Ada sekitar 30-40 ribu rumah tangga setiap tahun yang terdeteksi didapatkan dari suaminya," ungkapnya.
Ia mengatakan, untuk meredam meningkatnya kasus baru penyakit AIDS, perlu adanya kesadaran masyarakat untuk menghindari perilaku yang berisiko tinggi terkena HIV/AIDS. Seperti, penggunaan NAPZA dan perilaku seks bebas.
"Pesan saya yang paling penting adalah upaya pencegahan yang dimulai dari menghindari perilaku yang dapat beresiko terkena HIv HIV/AIDS," kata Ahyani.
Menurutnya, kesadaran ini menjadi kunci meminimalisasi kasus baru HIV/AIDS. Ditambah, kesadaran deteksi dini untuk mengetahui sejak awal ada atau tidaknya virus mematikan tersebut.
Pendeteksian dini ini sejalan dengan program Dinas Kesehatan Kota Bandung yang mulai menggerakan program pengecekan di Puskesmas. Sehingga warga tidak perlu harus ke rumah sakit tapi cukup ke Puskesmas terdekat.