REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Meski telah masuk musim penghujan, sebanyak 1.438 kepala keluarga (KK) di Gayamharjo, Prambanan, Sleman, DIY masih memerlukan dropping air bersih. Lantaran sumur jaringan air bersama milik warga yang rusak. Ditambah hujan belum turun merata ke Prambanan.
"Ada kerusakan sumur di wilayah Grogol. Jadi warga hanya bisa mengandalkan dropping untuk memenuji kebutuan air sehari-hari," kata Ketua Organisasi Pengelola Pemakai Air (OPPA) Mitra Tirta Pamdes wilayah Prambanan, Mujimin, Ahad (29/11) kemarin.
Adapun warga yang terdampak kekurangan air tersebar di tujuh dusun, yakni Lemahabang, Nawung, Kalinongkolor, Kalinongkokidul, Gayam, Jali, dan Jontro. Saat ini upaya perbaikan sumur rusak terus dilakukan.
Bak-bak penampungan air yang tersedia di beberapa titik difungsikan untuk menampung distribusi air bersih dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) maupun pihak lain. Sementara jaringan air yang dikelola OPPA ada di tiga sumber air, yaitu Majasem, Bleber, dan Grogol.
Kepala BPBD Sleman Juli Setiono Dwi Wasito mengatakan, dropping air ke Desa Gayamharjon dan sekitarnya terus dilakukan sesuai kebutuhan masyarakat.
Distribusi air ini menggunakan dana BPBD Sleman yang dialokasikan sebanyak 100 tangki. Hingga akhir November ini dana alokasi tersebut masih tersisa. Maka itu BPBD masih memiliki persediaan dana yang mencukupi untuk dropping air di beberapa wilayah.
"Dropping air masih dilakukan. Ini karena ada sumur rusak dan hujan yang belum merata derasnya," tutur Juli.
Ia menyampaikan kerusakan sumur karena musim kemarau yang berkepanjangan. Akibatnya, air menjadi kering dan menyisakan lumpur. Hal ini membuat air tidak tersedot, sehingga yang keluar lumpur. Saat ini sumur masih dalam perbaikan.