REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Demo buruh yang berlangsung sejak Selasa (24/11) hingga Jumat (27/11) menimbulkan dampak kerugian yang cukup besar. Wakil Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) DKI Jakarta Sarman Simanjorang menyayangkan aksi mogok yang dilakukan oleh para buruh tersebut. Ia menduga kerugian akibat aksi itu mencapai Rp 500 miliar.
Sarman mengakui aksi mogok malah menunjukkan produktivitas pekerja semakin tidak kompetitif. Ia merasa pabrik itu adalah ladang buruh tempat mencari penghidupan. Sehingga jika buruhnya mogok maka produksi dan pendapatan perusahan menurun.
Menurutnya, jika kondisi itu terus terjadi maka buruh akan kehilangan sumber penghasilannya yang berasal dari keuntungan perusahaan. "Jika buruhnya diajak mogok, terus produksi dan pendapatan perusahan menurun,buruh mau digaji dari mana," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Jumat (27/11).
Sarman mencontohkan salah satu pabrik di KBN Cakung bisa memproduksi sekitar 70 ribu potong barang. Jika harga setiap potong saja lima dollar, maka kerugian bisa mencapai Rp 4,5 miliar.
Sedangkan di kawasan Karawang produksi menurun sekitar 20 persen karena harus merelakan buruhnya sekitar 50 hingga 100 orang ikut aksi mogok untuk menghindari sweeping. Menurutnya, malah ada juga pabrik yang tutup tidak berproduksi dan akan digantikan dengan hari libur sabtu dan minggu.
"Diperkirakan setiap pabrik bisa mengalami kerugian sekitar Rp 3 miliar hingga Rp 5 miliar setiap hari. "Walaupun kita belum mendapatkan angka yang pasti tapi kerugian dunia usaha kita perkirakan mencapai Rp 500 miliar akibat aksi mogok ini," ujarnya.