REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pengembangan lapangan geotermal atau panas bumi di Indonesia masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan potensinya yang mencakup 40 persen potensi panas bumi dunia. PT Pertamina Geothermal Energy menyatakan untuk meningkatkan pengembangan panas bumi hingga 1.100 megawatt (mw) pada 2025 mendatang. Meski begitu, pengembangan panas bumi masih terganjal larangan izin ekplorasi dan eksploitasi di kawasan konservasi.
“Tantangan utama saat ini masih berkaitan dengan aktivitas pengeboran di kawasan hutan konservasi. Namun koordinasi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral bersama kementerian terkait yakni Kementerian Kehutan dan Lingkungan Hidup relative baik,” kata Direktur Utama PGE Irfan Zainuddin, Jumat (27/11).
Menurut dia, kapasitas panas bumi di Indonesia berada di tingkat ke tiga dunia. Meski begitu jika ditinjau potensinya masih sangat rendah. “Dari potensi secara keseluruhan sebesar 28 gigawatt (GW) terealisasi kurang dari 5 persen," kata dia.
Irfan menjelaskan, pihaknya sedang menggenjot target penambahan kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP). Sampai saat ini, proyek PLTP yang masih berjalan adalah PLTP Lahendong Unit 5 dan 6 di Sulawesi Utara, PLTP Karaha di Jawa Barat, serta PLTP Hululais di Bengkulu. Dengan sejumlah aktivitas pengeboran untuk sumur pengembangan dan eksplorasi, target kapasitas terpasang yang dioperasikan PGE mencapai 1.100 megawatt (MW) pada 2021.
"Sampai 2017, kami menargetkan kapasitas terpasang panas bumi menjadi 682 megawatt,” ungkapnya.