REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Pengamat ekonomi dari Universitas Katolik Widya Mandira Kupang Dr Thomas Ola Lagoday mengatakan sebagian besar sektor industri dalam negeri belum siap menghadapi era perdagangan bebas ASEAN (MEA). Masih butuh penguatan di beberapa sektor industri.
"Hanya sedikit saja industri nasional kita yang memang sudah siap bersaing," kata dia, Selasa (24/11).
Dia mengemukakan hal itu, menjabawab pertanyaan seputar kesiapan Indonesia, khususnya UMKM dan industri nasional dalam negeri untuk bisa bersaing dalam MEA. Thomas Ola Langoday menjelaskan, secara nasional, sektor industri mendominasi pembentukan pendapatan domestik regional bruto (PDRB).
Namun saat ini hanya sedikit sektor industri (lebih kurang 20 persen) yang memberikan kontribusi besar terhadap pembentukan PDB, sementara kurang lebih 80 persen belum mampu memberikan kontribusi terhadap pembentukan PDRB. Artinya, dari sisi tersebut dapat dikatakan bahwa hanya sedikit sektor industri atau hanya sekitar 20 persen industri kita yang siap bersaing dalam era global (MEA), dan sisanya lebih kurang 80 persen belum siap bersaing.
Dekan Fakultas Ekonomi Unwira ini juga memperkirakan sektor industri dan jasa dalam negeri bakal mendapat serbuan tenaga kerja paling banyak dari negara-negara ASEAN. Menurut dia, kondisi ini disebabkan kualitas tenaga kerja Indonesia di sektor industri dan jasa masih jauh dari standar ISO, sementara untuk sektor primer tidak bakal diminati tenaga kerja ASEAN.
"Sektor yang bakal mendapat serbuan tenaga kerja ASEAN adalah sektor industri dan jasa. Ini karena kualitas tenaga kerja Indonesia di sektor industri dan jasa masih jauh dari standar ISO. Kalau untuk sektor primer tidak bakal diminati tenaga kerja Asean," kata dia.