REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gambaran seorang santri biasanya pelajar yang lebih banyak meluangkan waktunya menekuni agama. Masa depan seorang santri kebanyakan digambarkan sebagai calon pemuka agama ataupun menjadi guru.
Namun, Pemprov Sumatra Selatan (Sumsel) meruntuhkan gambaran tersebut. Melalui program yang diboyong oleh Alex Noerdin sejak menjadi Bupati Musi Banyuasin, Pemprov Sumsel memberikan peluang bagi para santri untuk menjadi dokter melalui Program Santri Jadi Dokter (PSJD).
"Program Santri Jadi Dokter telah dimulai sejak 2006 waktu Pak Alex Noerdin masih menjadi Bupati Musi Bayuasin. Setelah beliau menjadi gubernur, program ini kemudian dilanjutkan di tingkat provinsi pada 2008," ungkap Drs Widodo, MPd, Kadis Pendidikan Pemprov Sumsel.
Sampai sekarang, lanjutnya, penerima beasiswa ini berjumlah 117 orang untuk program studi Pendidikan Dokter, Keperawatan, dan Farmasi. Pemprov melalui sebuah seleksi yang ketat memilih santri untuk dididik menjadi dokter dan tenaga medis di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai mitra perguruan tinggi.
Program ini diharapkan mampu memberikan peluang bagi para santri di Sumsel untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Merujuk data Kementerian Agama, saat ini terdapat 204 madrasah aliyah dan 362 pondok pesantren.
"Setiap tahun kami mengirimkan 10-20 santri untuk Jurusan Kesehatan Masyarakat, Farmasi, dan Pendidikan Dokter," Kisah Widodo.
Guna mencari kandidat terbaik, pemprov memberikan persyaratan yang cukup ketat. Syarat itu antara lain lulusan MAN/MA atau pesantren jurusan IPA dengan peringkat 10 besar sejak kelas X sampai XII. Kemudian prestasi hasil belajar kelas XII minimal tujuh untuk mata pelajaran Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Biologi, Fisika dan Kimia.
Syarat lainnya, mampu membaca dan menulis huruf Arab dan hafal Alquran juz 30 dan surat-surat pilihan lainnya.
"Persyaratan tersebut membantu kami untuk memilih peserta yang memang benar-benar memiliki kemampuan dan juga memiliki akhlak serta pengetahuan agama yang memadai," lanjut Widodo.
Peserta penerima beasiswa, tambahnya, juga lebih banyak berasal dari keluarga tidak mampu. Melalui program PSJD, Pemprov Sumsel sudah berhasil mendidik 117 santri untuk menjadi dokter dan tenaga medis. Melalui program tersebut, sejumlah 21 orang telah lulus dari masa pendidikan.
"Nantinya mereka akan ditempatkan kembali di Sumsel, meskipun ada sebagian yang memilih mengajar. Upaya ini juga diharapkan mendukung penyediaan satu dokter satu kecamatan," kata dia.