REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) mengajak komunitas peduli lingkungan untuk menuntaskan permasalahan sampah di Kota Surabaya. Hal ini melalui pemanfaatan limbah pasar serta dapur warga yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo dan Super Depo Sutorejo.
Salah satu komunitas peduli lingkungan BJSCN Community diajak agar bisa memanfatkan limbah tersebut. Di mana DKP menyediakan mesin pencacah sampah sehingga bisa digunakan oleh BJSC Community. Nantinya, BJSC Community akan menerima limbah organik dari pasar dan rumah warga untuk kemudian diolah menjadi pupuk kompos.
Menurut Kepala DKP Kota Surabaya Chalid Buchari mengatakan dengan mengubah sampah organik menjadi pupuk kompos diyakini akan menekan pengeluaran anggaran pemerintah. Lebih dari itu kata Chalid nantinya pupuk kompos yang sudah jadi akan dijual ke warga dengan harga mirah.
“Penyusutan anggaran bisa saja terjadi karena kan biaya transportasi untuk Truk pengangkut sampah bisa dihemat. Selain itu pasar tak lagi kumuh dam bau. Pedagang memiliki penghasilan dari sampah yang ditabung ke BJSC Community, nantinya hasil tabungan bisa digunakan untuk membayar retribusi dan membeli bahan pokok yang dijual dengan harga murah oleh BJSC Community,” kata Chalid seperti dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Rabu (18/11).
Ketua BJSC Community Fendik Edi Sutrisno berharap dengan hal tersebut bisa menekan volume sampah di kota Surabaya. Kata Fendik ada tujuh pasar yang nantinya menjadi sasaran yakni Tambak Rejo, Kembang, Mangga Dua, Pasar Induk Osowilangun, Pahing, dan Kayun.
“Semua jenis sampah dikelola komunitas BJSC. Dengan tujuan agar volume sampah tidak terlalu banyak ketika dibawa ke tempat pembuangan akhir. Sampah dapur warga juga diolah untuk dijadikan kompos skala kecil untuk digunakan bersama,” kata Fendik.