REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politisi Partai Gerindra Ahmad Riza Patria menilai, perubahan nama Koalisi Indonesia Hebat (KIH), merupakan wujud lemahnya koalisi yang dibangun Presiden Joko Widodo.
Padahal, KIH sendiri merupakan perwujudan dari partai pendukung pemerintah. "Ngapain namanya diubah, kan KIH itu koalisi pemerintah. Ini bukti koalisi yang dibangun lemah,'' kata Riza saat dihubungi Republika, belum lama ini.
Menurutnya, KIH seharusnya tidak perlu mengganti nama koalisinya. Dengan begitu, terlihat ada ketidakpercayaan diri dalam tubuh pemerintah. Selain itu, penggantian nama KIH ini bisa saja untuk mengakomodir pihak-pihak tertentu.
''Mungkin saja untuk mengakomodir PAN. Karena selama ini kan mereka ada di KMP, tidak di KIH tapi mendukung pemerintah. Nah sekarang posisi mereka jelas berada di partai pendukung pemerintah,'' jelasnya.
KMP sendiri, Riza menuturkan, tetap berada pada jalurnya. Dimana akan membela pemerintah jika memang mengeluarkan program yang pro rakyat. Namun tidak ragu mengkritisi pemerintah jika kebijakannya merugikan rakyat.
Pengamat politik Universitas Paramadina Hendri Satiro mengatakan, akan menjadi fenomena yang lucu jika nantinya partai pendukung pemerintah justru mengkritik kinerja Jokowi.
''Kan kebiasaan mereka mengkritik pemerintah,'' kata Hendri saat dihubungi.
Hendri yang merupakan peneliti Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia atau KedaiKopi mengungkapkan, survei yang dilakukan lembaganya menunjukan bahwa KIH menjadi salah satu faktor penghambat kinerja Jokowi-JK.
''Nanti kalau mereka mengkritik pemerintah namnya jadi P4 dan SP, Partai pendukung pemerintah sekaligus penghambat,'' ucap dia.