REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla menjelaskan kembali upaya Indonesia dalam menangani bencana kabut asap di Sumatera dan Kalimantan yang berimbas hingga sejumlah negara tetangga.
Saat menghadiri forum APEC dengan para CEO dari berbagai negara, salah satu pengusaha asal Malaysia pun menanyakan upaya pemerintah terkait masalah ini.
JK kemudian menegaskan, perlunya dukungan dan kerjasama dari berbagai negara, termasuk Malaysia untuk menangani masalah ini.
"Sepuluh bulan setiap tahunnya, anda (negara tetangga) menikmati udara yang baik dari Indonesia. Tetapi kalau ada masalah, ini juga menjadi masalah di kawasan kita," katanya saat menghadiri dialog APEC CEO Summit di Manila, Filipina, Rabu (18/11).
Ia menjelaskan, masalah bencana kabut bukan hanya menjadi masalah pemerintah Indonesia. Memburuknya bencana kebakaran, kata JK, karena terjadi saat El Nino dan kemarau panjang melanda Indonesia sehingga menyebabkan hutan mudah terbakar.
JK juga menyampaikan, rusaknya kondisi hutan di Indonesia tak terlepas dari kesalahan perusahaan-perusahaan asing yang masuk ke Indonesia.
Ia menyebut, sekitar tahun 1970, berbagai perusahaan asing masuk ke Indonesia dan melakukan penebangan hutan sehingga merusak kondisi lingkungan.
"Ada dua alasan. Sejarahnya panjang, Pada tahun 1950an hampir ada banyak hutan di Indonesia. Kemudian tahun 1970an banyak perusahan asing menebang merusak hutan dan membuat kering. Karena itu ini (kebakaran) terjadi," jelasnya.
Pemerintah, kata dia, telah berupaya keras menangani kebakaran yang terjadi. Namun, karena arah angin yang tak bisa dikendalikan, dampak kebakaran pun juga mencapai ke sejumlah negara tetangga.
"Satu yang tidak bisa di kendalikan, karena angin. Saya minta maaf mengatakan hal itu, kami tidak bisa kendalikan angin. Kita tidak mau kabut ke mana saja, bukan karena kita ingin, tapi karena angin," ujarnya.
Lebih lanjut, JK menyampaikan, untuk mengembalikan fungsi hutan, pemerintah memiliki proyek besar merehabilitasi dan memulihkan kondisi hutan di Indonesia yang juga merupakan salah satu paru-paru dunia. Namun, ia menekankan upaya ini perlu dilakukan secara bersama-sama dengan berbagai negara.