Senin 16 Nov 2015 23:22 WIB

Masyarakat Sleman Diimbau Waspada DBD dan Leptospirosis

Rep: C97/ Red: Yudha Manggala P Putra
Leptospirosis
Foto: wikipedia.org
Leptospirosis

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN – Memasuki musim penghujan ini, Dinas Kesehatan (Dinkes) sleman mengimbau agar masyarakat waspada terhadap beberapa penyakit endemik musiman. Di antaranya demam berdarah dengue (DBD) dan leptospirosis.

Kepala Dinkes Sleman, Mafilindati Nuraini menyampaikan kedua penyakit tersebut rentan berkembang dalam genangan air. Nyamuk aedes aegypti penyebar DBD sendiri bertelur dan berkembang biak melalui media air. Sehingga pada musim hujan ini perkembangannya disinyalir bisa meningkat.

Sementara leptospirosis bisa menular melalui air yang tercemar kotoran atau air seni tikus yang terinfeksi bakteri. Bakteri tersebut bisa masuk ke dalam tubuh melalui luka kecil atau selaput lendir di tubuh. “Maka itu masyarakat perlu waspada terhadap genangan air,” tutur perempuan yang akrab disapa Linda itu saat ditemui di kantor dinasnya, Senin (16/11).

Guna menekan persebaran penyakit tersebut masyarakat diminta melakukan 3M, yaitu menguras baik air, menutup tampungan air, dan mengubur sampah plastik serta beling. Linda juga meminta agar masyarakat melakukan pemantauan jentik secara berkala. Pencegahan penyakit tersebut penting sekali untuk dilakukan secara mandiri.

Sebab menurut Linda pencegahan melalui fogging hanya dilakukan jika kondisi lingkungan masyarakat sudah memenuhi ketentuan tertentu. “Fogging itu artinya kita menyemprotkan insektisida ke lingkungan. Ini juga bisa berbahaya bagi manusia. Jadi yang lebih utama adalah pencegahan secara pribadi,” ujarnya.

Pada awal November ini tercatat 485 kasus DBD di Sleman. Sebanyak lima orang menjadi korban meninggal. Angka ini menurun dari tahun lalu dengan jumlah  538 kasus DBD yang menyebabkan empat korban meninggal. Adapun kawasan rawan DBD meliputi kecamatan Kalasan, Depok, Godean, dan Gamping.

Sementara kejadian leptospirosis awal bulan ini sebanyak enam kasus. Sejauh ini penyakit tersebut tidak mengakibatkan korban meninggal. Sedangkan tahun lalu terdapat 12 kasus leptospirosis. Akibatnya sebanyak empat orang meninggal. “Tapi setelah diverifikasi kembali, ternyata yang meninggal akibat leptospirosis hanya dua orang,” kata Kepala Pemberantasan Penyakit Dinkes Sleman, Hindarti Wilujeng.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement