Ahad 15 Nov 2015 09:43 WIB
Serangan Teror Paris

Muhammadiyah Anggap Teror Paris Bentuk Kekejaman Peradaban

Rep: Amri Amrullah/ Red: Winda Destiana Putri
Anak-anak mendoakan korban serangan di Paris.
Foto: Reuters
Anak-anak mendoakan korban serangan di Paris.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir secara tegas mengutuk keras peristiwa terorisme dan pemboman di kota Paris, Perancis yang terjadi pada Jumat (13/11) malam waktu setempat.

Haedar menegaskan Muhammadiyah menilai pemboman di Paris tersebut merupakan sebagai kekejaman bukan hanya atas nama kemanusiaan tapi peradaban manusia.

"Tindakan teror di Paris ini kekejaman peradaban yang tidak bisa dibenarkan atas dalil agama apapun," katanya kepada Republika.co.id, Ahad (15/11). Berkali-kali Muhammadiyah menegaskan, aksi kekerasan dan teror tidak sesuai dengan ajaran Islam baik menurut Al Qur'an dan Hadist, karena jauh dari pemahaman Islam yang damai dan rahmatan lil alamin.

Dari segi kemanusiaan, tindakan apapun yang menggunakan kekerasan atas nama apapun akan merusak kehidupan manusia. Al Quran bahkan menegaskan menghilangkan satu jiwa sama dengan menghilangkan seluruh jiwa manusia. sebaliknya kalau kita menyelamatkan satu jiwa sama seperti menyelamatkan seluruh jiwa manusia.

Siapapun pelakunya baik mengatasnamakan agama manapun, tidak akan pernah dibenarkan oleh peradaban. Islam atau bukan, kekejaman tidak bisa mewakili agama manapun. Ia pun meminta kepada seluruh kelompok kekuatan yang menggelorakan perjuangan dengan kekerasan dan mengatasnamakan jihad, baik di Indonesia atau dunia untuk menghentikan cara-cara ini.

"Sebab kekerasan tidak akan pernah menyelesaikan semua persoalan. kekerasan hanya akan menimbulkan kekerasan baru," tambahnya.

Muhammadiyah menyatakan duka mendalam atas peristiwa ini apapun latar belakang korban, adalah hak semua manusia mendapatkan empati dan simpati atas peristiwa kemanusiaan ini.

Muhammadiyah menghimbau agar negara-negara barat bisa bersikap proporsional, tidak mudah mengeneralisasikan aksi teror dengan Islam. Dan menghentikan munculnya Islamophobia baru atau diskriminasi atas simbol-simbol dan identitas islam. Ini hanya karena segelintir kelompok yang mencatut nama Islam.

"Kita berharap semua semakin dewasa dan mampu mengambil pelajaran dari peristiwa ini," terangnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement