Jumat 13 Nov 2015 08:48 WIB

Kapan Kita Boleh 'Bermimpi'?

Red: M Akbar
bermimpi (ilustrasi)
Foto: www.trevorhammond.com
bermimpi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dr. Murniati Mukhlisin, M.Acc

(Penulis Buku dan Konsultan Sakinah Finance)

Deretan jawaban didapat ketika seseorang ditanya apakah ada impian keluarga? Pertama jawabannya ada dengan tersendat-sendat, kedua jawaban biasanya tidak teratur, ketiga jawabannya tidak terukur.

Begitulah kira-kira gambaran sekitar 90 persen peserta seminar atau pelatihan pengelolaan keuangan keluarga Sakinah Finance ketika ditanya ''kapan menyusun impian keluarga dan apa saja impiannya?"

Perlukah kita tidur dulu untuk mengukir impian keluarga? Kalau jawabannya tidak, mengapa kita malas 'bermimpi'? Cerita soal mimpi, menurut Lauri Loewenberg, penulis buku Dream On It; Unlock Your Dreams, Change Your Life, masalah seputar uang sering timbul dalam dunia mimpi akibat perasaan stres dalam kehidupan nyata.

''Dreams are symbolic and speak to us in metaphors,'' ungkap Loewenberg dan dia menerjemahkannya beberapa simbol seperti berikut:

• Tenggelam (yang artinya terlilit utang)

• Mengalami pendarahan (tabungan menghilang)

• Jatuh (berkurangnya keamanan keuangan)

• Nyasar (karier yang makin tidak jelas)

• Telpon emergensi 911 tapi tidak ada yang angkat (kurangnya nasihat keuangan)

Apa sih impian keluarga itu?

Dalam ulasan kali ini, mimpi yang dimaksud adalah 'merajut impian keuangan keluarga' supaya menghindari impian-impian di atas terjadi yang mungkin menggambarkan keadaan keuangan sebenarnya. Sebagai umat Islam, tentu saja tidak bisa menterjemahkan mimpi-mimpi seperti yang dimaksudkan oleh Lauri tersebut.

Mengapa banyak orang yang tidak mau merajut impian keuangan keluarga? Jawaban yang didapat dari sebagian peserta pelatihan Sakinah Finance adalah sebagai berikut:

- Jalankan hidup apa adanya, toh Allah sudah atur semuanya.

- Beban, kami terpaksa memantau dan kecewa kalau tidak tercapai.

- Banyak hal yang tidak seiring antara impian suami dan istri.

Kalau jawabannya begitu, lantas perlukah sebuah keluarga merajut impian? Dalam kisah kemenangan penaklukan Persia yang dipimpin oleh Sa'ad bin Abi Waqqash ra, seperlima harta rampasan perang (ghanimah) dibawa kepada Umar bin Khattab ra yang pada waktu itu khalifah kedua setelah meninggalnya Rasulullah SAW.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement