Kamis 12 Nov 2015 16:27 WIB

Gara-Gara Impor Beras, Harga Gabah Anjlok Rp 6.000 per Kilogram

Rep: Lilis Handayani/ Red: Nur Aini
Impor beras (ilustrasi)
Impor beras (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Kebijakan impor beras yang diputuskan pemerintah telah membuat harga gabah di tingkat petani di Kabupaten Indramayu menjadi turun. Petani pun kecewa karena impor dilakukan di saat mereka panen musim gadu (kemarau).

''Sejak impor beras dibuka, harga gabah di tingkat petani alami penurunan,'' ujar Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang kepada Republika.co.id, Kamis (12/11).

Sutatang menyebutkan, harga gabah kering giling (GKG) semula mencapai Rp 6.300 per kg. Namun saat ini, harganya turun menjadi Rp 6.000 per kg.

Biasanya, harga gabah di tingkat petani saat musim panen gadu terus meningkat. Harga gabah baru akan turun kembali saat petani mulai panen musim penghujan pada awal tahun.

Sutatang pun mengaku kecewa karena impor beras justru dilakukan saat petani sudah panen musim gadu. Padahal, saat panen gadu itulah kesempatan petani untuk menikmati keuntungan dengan tingginya harga gabah.

Dalam kesempatan terpisah pada akhir Oktober 2015, Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu, Firman Muntako juga menyatakan kekecewaannya dengan kebijakan impor yang diambil pemerintah.

''Ya jelas kecewa karena (pemerintah) tidak berpihak pada petani kita yang sudah jerih payah swasembada pajale (padi, jagung, kedelai),'' ujar Firman.

Sejak awal kebijakan impor beras masih berupa rencana, Firman pun sudah dengan tegas menyatakan penolakannya. Hal ini karena, impor beras akan merugikan petani lokal.

Firman mengakui, areal pertanian di Kabupaten Indramayu pada musim tanam kemarau tahun ini terkena dampak el nino yang menyebabkan kekeringan. Namun, kondisi tersebut hanya menurunkan produksi dan tidak sampai mengganggu produksi. ''Produksi beras di Indramayu masih tetap surplus,'' ujar Firman.

Firman menjelaskan, produksi padi di Kabupaten Indramayu rata-rata di atas 1,5 jt ton GKP (gabah kering panen) per tahunnya. Sedangkan kebutuhan konsumsi hanya 250 ribu ton.

Itu berarti, Kabupaten Indramayu masih surplus di atas satu juta ton GKP. Beras yang surplus itu kemudian dikirim ke berbagai daerah lainnya, seperti Jakarta, Bandung, dan luar Jawa

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement