REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Dinas Hidro Oseanografi TNI AL, Laksamana Pertama TNI Daryanto mengatakan, saat ini Indonesia masih kekurangan kapal survey untuk melakukan pemetaan. Padahal Indonesia merupakan negara kepulauan yang wajib memiliki armada tersebut.
"Kita kurang sekali, Idealnya negara kita memiliki 10. Tapi sekarang kita baru punya tujuh dan dua kapal latih," ujar Daryanto, Rabu (11/10).
Mirisnya, kapal yang dimiliki Indonesia sudah berusia uzur sekitar 30 tahun. Ia pun membandingkan dengan Jepang yang juga negara kepulauan seperti Indonesia memiliki lima kapal survey yang besar. Sementara Indonesia, baru memiliki satu satu kapal KRI Rigel 933 yang memiliki peralatan moderen buatan Perancis.
Kapal tersebut merupakan kapal perang jenis Bantu Hidro Oseanografi (BHO). Kelebihan kapal tersebut, dapat melakukan pemetaan yang cukup canggih karena dilengkapi dengan peralatan survei hidro oseanografi terbaru yang digunakan untuk pengumpulan data sampai dengan laut dalam.
KRI Rigel-933 dibangun berdasarkan kontrak pengadaan kapal BHO yang dilaksanakan Kementrian Pertahanan dengan pihak galangan OCEA Perancis. Berdasarkan kontrak tersebut dilaksanakan pembangunan kapal survey sebanyak dua buah dimulai sejak bulan Oktober 3013.
KRI Rigel terbuat dari aluminium dengan bobot 560 ton dengan dimensi panjang 60,1 meter dan lebar 11,5 meter. Kehadiran KRI Rigel 933 sangat mendukung untuk operasi survey dan pemetaan. Terutama, jika dihadapkan dengan kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau.