Rabu 11 Nov 2015 15:47 WIB

Khawatir Masalah Lingkungan, Warga Yogya Tolak Pembangunan Hotel

Rep: Yulianingsih / Red: Nur Aini
Pembangunan hotel/ilustrasi
Foto: Antara
Pembangunan hotel/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Warga Kota Yogyakarta kembali melakukan penolakan pembangunan hotel baru di kota ini. Hal tersebut terungkap dalam audiensi perwakilan warga RW 09 Baciro, Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta dengan Wakil Wali Kota settempat Imam Priyono, Rabu (11/11).

Sekretaris RW 09 Baciro, Tomy Wiyono mengatakan, seluruh warga di RW tersebut sepakat tidak akan memberikan izin untuk pendirian hotel baru di lingkungannya. "Bukan hanya hotel tapi usaha yang terkait keramaian tidak kita izinkan dan ini sudah kesepakatan," ujarnya.

Usaha yang mengundang keramaian tersebut antara lain motel, cafe, dan rumah makan. Bahkan menurutnya, warga sepakat memasang spanduk di wilayah unttuk menolak pembangunan usaha yang mengundang keramaian dan kemacetan. 

"Ini bukan masalah sentimen dengan investor, tetapi kami tetap ingin menjaga kondisi pemukiman agar tetap kondusif," katanya.

Menurutnya, kesepakatan itu juga berdasarkan pengalaman wilayah lain yang marak pembangunan hotel dan usaha lainnya. "Kita belajar dari wilayah lain yang perkembangan usahanya pesat hingga menggusur fungsi pemukiman sendiri," katanya.

Dia mencontohkan wilayah Sagan yang mulai dipenuhi  hotel, cafe dan rumah makan. Meski demikian, bukan berarti warga RW 09 Baciro menutup peluang usaha yang ada di wilayahnya. Hal ini lantaran tidak semua kawasan di RW 09 dilarang untuk pendirian hotel, motel, cafe, dan rumah makan. Wilayah yang berada di pinggir jalan besar seperti Jalan Melati Kulon tetap terbuka untuk berbagai aktivitas usaha. 

"Kesepakatan warga ini hanya berlaku di area permukiman saja. Akses jalan di permukiman kan kecil sehingga kurang tepat untuk usaha seperti itu. Kalau yang di jalan besar, maka kami maklum dan silakan membuka usaha di sana," katanya.

Ketua RT, Hudiono menambahkan, pihaknya sengaja membuat kesepakatan bersama sebagai bentuk antisipasi. Hal ini karena  gelombang pembangunan yang kini tengah gencar terjadi tidak dilakukan filtrasi, maka kenyamanan warga yang tinggal di Yogyakarta akan tergusur.

"Dampaknya akan luar biasa mulai dari  kemacetan, keramaian yang tidak terkontrol, kebisingan serta masalah lingkungan lain seperti polusi, sampah dan banjir karena kurangnya resapan air," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement