REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Volume ekspor kopi asal Lampung, mengalami penurunan yang cukup drastis, yakni 30 persen pada Oktober 2015. Penyebabnya, selain gagal panen, juga disebabkan merosotnya harga kopi di pasar global. Penurunan volume ekspor ini diprediksi berlanjut hingga menjelang panen kopi selanjutnya.
Ketua Kompartemen Perencanaan dan Penelitian Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) Daerah Lampung, Muchtar Lutfie mengatakan setelah puncak volume ekspor kopi Lampung pada Agustus, setelah itu ekspor kopi daerah ini menurun. "Ya, ekspor kopi kita cenderung merosot," kata Lutfie di Bandar Lampung, Rabu (11/11).
Penurunan volume ekspor kopi asal Lampung ini, menurut dia, selain karena sudah berakhirnya panen kopi, juga gagal panen pada panen selang tahun ini akibat musim kemarau. Selain itu, masih rendahnya harga kopi di pasar global, turut memicu ekportir kopi lesu. Ia memprediksi ekspor kopi diperkirakan terus menurun hingga musim panen tahun mendatang.
Menurut data AEKI Lampung, volume ekspor kopi Lampung mencapai puncaknya pada Agustus lalu sebanyak 40.358,96 ton dengan nilai devisa 70,6 juta dolar AS.Sedangkan data Dinas Pedagangan Provinsi Lampung, volume ekspor kopi bulan Oktober lalu sebanyak 26.325,68 ton dengan nilai devisa yang diterima 46,4 juta dolar AS.
Penurunan ekspor mencapai 10.873,83 ton atau 30 persen. Hingga Oktober lalu atau selama 10 bulan tahun ini, sudah dikapalkan 269.986,66 ton kopi dengan nilai lebih dari 495 juta dolar AS.
Ia mengatakan biasanya, volume ekspor kembali naik selama dua bulan terakhir tahun ini karena eksportir menutup kontrak dengan pembeli di luar negeri. Namun tahun ini diperkirakan kenaikan itu tidak terjadi akibat rendahnya harga kopi di pasar global.
Menurut Djoni, seorang eksportir kopi di Lampung, harga kopi sulit bergerak naik, meski kurs dolar AS terhadap rupiah terus menguat. Hal ini karena pengaruh harga kopi di Bursa Berjangka Komoditas di London, Inggris masih terus tertekan.
“Seakan-akan harga kopi robusta ini sudah diatur tidak boleh mencapai dua dolar per kg. Ini karena dolar mencapai Rp 13.600 saja sehingga harga kopi di Lampung di atas Rp 20 ribu per kg,” katanya.
Rinaldi, pemilik CV Ulubelu Coffee, mengatakan importir terus meminta harga kopi murah dan tidak peduli mutunya. Menurut dia, tahun lalu ekspor kopi mutu bagus mencapai 60 persen dari total ekspor. Namun, tahun ini justru ekspor kopi mutu rendah mencapai 70 persen dari total ekspor.
"Artinya permintaan kopi di Eropa dan Amerika terhadap kopi mutu bagus menurun (karena) memburuknya ekonomi di kawasan tersebut,” katanya.
Harga kopi robusta di Bursa Berjangka Komoditas di London, Inggris pada penutupan Jumat (6/11) waktu setempat sebesar 1.669 dolar AS per ton untuk pengiriman Desember 2015. Penurunan mencapai satu dolar AS per ton dibandingkan penutupan sehari sebelumnya yang mencapai 1.770 dolar AS per ton. Sementara harga basis biji kopi robusta di Lampung per Senin (9/11) sebesar Rp 23 ribu per kg.