Rabu 11 Nov 2015 06:59 WIB

Yogyakarta Perkuat Eksistensi Desa Budaya

Sejumlah pekerja membuat makanan khas Yogyakarta Bakpia di Pathuk, Yogyakarta. Bakpia masih menjadi primadona oleh-oleh makanan khas Yogyakarta, terutama bagi wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut.
Foto: Antara
Sejumlah pekerja membuat makanan khas Yogyakarta Bakpia di Pathuk, Yogyakarta. Bakpia masih menjadi primadona oleh-oleh makanan khas Yogyakarta, terutama bagi wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) akan terus meningkatkan potensi serta eksistensi desa budaya sebagai sarana untuk memperkuat nilai budaya yang telah melekat pada masyarakat setempat. Kepala Seksi Adat Tradisi Dinas Kebudayaan DIY, Wardoyo di Yogyakarta, mengatakan peningkatan potensi sebanyak 43 desa budaya di DIY itu dilakukan dengan upaya pendampingan.

"Desa budaya itu akan jadi kekuatan ujung tombak budaya di DIY," katanya di Yogyakarta, Selasa (10/11). 

Menurut Wardoyo, pada 2016 ditargetkan jumlah desa budaya di DIY dapat mencapai 50. Adapun saat ini jumlahnya mencapai 43 desa budaya. Meski baru 32 desa yang mendapatkan surat keputusan penunjukan dari Gubernur DIY. "Kami perkirakan nanti ada usulan tujuh desa budaya lagi," kata dia.

Menurutnya, desa budaya berbeda dari keberadaan desa wisata. Desa wisata akan cenderung menekankan pada peningkatan nilai jual desa. Sementara desa budaya lebih berfokus pada perawatan kebudayaan setempat.

Ia mengatakan kriteria desa budaya di Yogyakarta yakni memiliki potensi seni budaya, potensi kuliner, kerajinan, adat istiadat, warisan budaya serta bahasa.

Guna menguji potensi desa budaya setelah dilakukan berbagai pendampingan dan bimbingan, pihaknya akan menggelar pameran potensi desa budaya Yogyakarta 2015 di Jogja Expo Center pada 11 hingga 13 November 2015. Acara ini akan diikuti 43 desa budaya yang tersebar di lima kabupaten/kota dengan masing-masing stand yang berbeda.

Menurut dia, keunggulan desa budaya yang ikut serta dalam pameran itu akan dinilai oleh para pakar kerajinan, kuliner, seniman, serta Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia (Asita). "Masing-masing desa budaya juga harus mengutamakan orisinalitas, tidak boleh mendatangkan kerajinan atau seniman, dan kuliner dari luar daerah," katanya. 

Sebanyak 43 desa budaya peserta pameran akan mendapatkan insentif dari dana keistimewaan untuk mempersiapkan acara itu dengan total Rp 20 juta bagi masing-masing desa.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement