Selasa 10 Nov 2015 21:22 WIB

Pemerintah Diimbau Waspadai Harga Beras Awal 2016

Rep: Sonia Fitri/ Red: Yudha Manggala P Putra
Beras impor Vietnam masuk Indonesia.
Foto: Orecinternational.org
Beras impor Vietnam masuk Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Sutarto Alimoeso mewanti-wanti pemerintah agar mewaspadai gejolak harga beras di awal 2016.

Penghitungan produksi diharap dilakukan secara cermat. Utamanya cadangan beras pemerintah di Perum Bulog. Ia perlu diamankan termasuk manakala diperlukan untuk penyaluran beras sejahtera (Rastra) ke-13 dan ke-14.

"Produksi beras itu berfkultuasi, kita harus tahu pola panen yang sebenarnya, teman-teman pengusaha di Perpadi melihatnya bukan saja dari angka ramalan, tapi dari pergerakan supply dan harga di pasar," kata dia, Selasa (10/11). Terlebih saat ini tidak ada panen raya. Alhasil, produksi Oktober-Maret terus di bawa rata-rata kebutuhan.

Ia meminta pemerintah agar betul-betul cermat menghitung penyediaan beras di periode Januari-Maret 2016 dari produksi dalam negeri. Kebijakan dan waktu pelaksanaan impor beras pun jangan sampai salah langkah. Jika melihat produksi padi yang tercatat di Angka Ramalan (ARAM) II BPS, memang terjadi kenaikan produksi hingga 5,6 persen dibanding tahun lalu. Berdasarkan hal itu, stok diperkirakan aman hingga akhir tahun.

Namun harus juga dipertimbangkan kondisi pasokan beras Bulog yang saat ini ada di angka minimum 1,5 juta ton. Di sisi lain, stok beras di pengilingan daerah memang masih ada, namun harganya tinggi. "Kita cek di lapangan, di Sulsel harga beras mencapai Rp 8.600 per kilogram gabah kering giling (GKG), harga tinggi dan persediaan terbatas sehingga tidak bisa lagi dikirim ke Jawa," kata Mantan Dirut Bulog tersebut.  

Hal serupa terjadi di Pamanukan, Jawa Barat. Ia mengakui masih ada panen, namun harga gabah kering panen masih di atas Rp 5 ribu. Padahal harga pembelian pemerintah Rp 3.700. Situasi seperti ini merupakan hukum pasar jelang akhir tahun. Di mana harga beras bergerak naik makanya butuh dikendalikan.  

Caranya yakni dengan meningkatkan produksi secara nyata, meningkatkan perolehan pasokan di gudang Bulog, serta melakukan diversifikasi pangan dalam agenda yang terarah. "Jagung, umbi-umbian, ini harus mulai dipopulerkan kepada masyarakat sebagai makanan pokok," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement