Sabtu 07 Nov 2015 16:05 WIB

Kemenlu Akui Jasa Broker Lobi Lazim Warnai Politik di AS

Rep: Amri Amrullah/ Red: Bayu Hermawan
Hal-1
Hal-1

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Luar Negeri membantah isu bahwa pertemuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden AS Barack Obama bisa terjadi karena menggunakan jasa lobi public relation (PR).

Namun demikian, Juru Bicara Kemenlu Arrmanantha Nasir mengakui bila penggunaan jasa lobi PR merupakan hal yang lazim di dunia perpolitikan AS. Menurutnya, penggunaan lobi politik ini merupakan bagian tidak terpisahkan dari perpolitikan di negara Paman Sam.

"Kemenlu memahami bahwa penggunaan jasa pelobi merupakan bagian nyata dari dunia politik di Amerika Serikat," dalam penyataan tertulis, Sabtu (7/11).

Kemenlu pun menyadari jasa lobi politik tersebut sering kali digunakan oleh pemangku kepentingan dan pemerintah negara-negara lain di dunia untuk memajukan kepentingan mereka di AS. Tapi, Kemenlu membantah mengeluarkan anggaran untuk jasa lobi tersebut.

Karena, kunjungan Presiden Joko Widodo ke AS pada 25-27 Oktober lalu merupakan pertemuan mitra strategis resmi. Sama halnya dengan kunjungan Presiden RI ke negara-negara lain, persiapan kunjungan ke Amerika Serikat tersebut dipimpin oleh Menteri Luar Negeri berkoordinasi dengan berbagai kementerian dan lembaga.

Arrmanantha menjelaskan, persiapan untuk kunjungan tersebut juga mencakup sejumlah pertemuan tingkat menteri dan kunjungan timbal balik para menteri dan pejabat tinggi dari kedua negara serta sejumlah misi bisnis.

Puncaknya adalah pertemuan antara Menteri Luar Negeri RI dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat di Washington, DC, pada 21 September 2015. Bantahan ini juga termasuk tuduhan adanya hubungan yang tidak harmonis antara Menlu Retno Marsudi dan Menkopolhukam, Luhut Panjaitan, pada saat persiapan kunjungan ini.

Sebelumnya, beredar kabar nama Menkopolhukam Luhut Panjaitan terkait dalam penggunaan dua jasa PR untuk pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Presiden Obama dalam salah satu artikel "Waiting in the White House lobby" yang ditulis Michael Buehler.

Salah satu perusahaan PR tersebut adalah Pereira International PTE LTD yang dimiliki Derwin Pereira, mantan wartawan the Strait Times Singapura yang dikenal dekat dengan beberapa tokoh penting di Indonesia.

Dalam artikel itu bahkan disebut Pereira International PTE LTD harus mengeluarkan 80 ribu dolar AS ke sebuah perusahaan PR asal LAs Vegas, R&R Patners Inc, agar Presiden Joko Widodo dapat dipertemukan dengan Presiden Obama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement