REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kabar tak sedap berembus di balik kunjungan kerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Amerika Serikat (AS) untuk bertemu Presiden Barack Obama, belum lama ini.
Diisukan, ada peran kosultan public relation (PR) Singapura yang membayar 80 ribu dolar AS atau sekitar Rp 1,08 miliar kepada broker atau pihak ketiga yang memfasilitasi pertemuan antara Presiden Jokowi dan Presiden Obama.
Konsultan PR asal Singapura yang berperan dalam pertemuan tersebut adalah Pereira International PTE LTD. Konsultan itu membuat kontrak dengan Perusahaan PR di Las Vegas, R&R Patners Inc, dengan bayaran senilai 80 ribu dolar AS.
Seperti dilansir dilansir New Mandala, Jumat (6/11), R&R Patners bertugas mengomunikasikan kepentingan RI ke AS yang fokusnya, antara lain, masalah keamanan, perdagangan, ekonomi. Perusahaan PR Amerika itu harus mengamankan kepentingan RI dan Jokowi selama di Amerika. (baca: Skandal Terungkap! Diduga Broker Bayar untuk Pertemukan Jokowi-Obama).
Dalam kontrak tersebut disebutkan Morgan Baumgartner sebagai Executive Vice President and General Counsel R&R Patners. Namun sayangnya, R&R Patners tidak memiliki konsultan yang tahu dan paham mengenai politik atau berpengalaman dalam seluk beluk politik dan pemerintahan Indonesia.
Bahkan, Morgan Baumgartner hanya dikenal ahli dalam hal hukum perjudian. Tetapi, Derwin Pereira, pemilik Pereira International PTE LTD memang memiliki pengetahuan politik dan Pemerintah Indonesia. Ia pernah bekerja untuk koran the Straits Times di Indonesia selama jatuhnya Presiden Soeharto.
Ia menjadi kepala biro waktu itu. Pereira juga dikenal memiliki akses terhadap elite-elite politik di Indonesia untuk mendapatkan informasi yang sangat penting. Ia juga diketahui mengenal Kepala Staf Presiden Luhut Binsar Pandjaitan. (baca: Pelobi Pertemuan Jokowi-Obama Pernah Wawancara dengan Luhut).
Perkenalan dengan Luhut terjadi saat Pereira melakukan wawancara saat Luhut masih menjabat sebagai duta besar pada 1999-2000.