Sabtu 07 Nov 2015 09:04 WIB

Musibah Besar Melanda Industri Musik Indonesia!

Rep: muhammad subarkah/ Red: Muhammad Subarkah
Sastrawan Taufiq Ismail dalam kapasitasnya sebagai sesepuh Gerakan Bela Negara di Kantor Redaksi Republika, Selasa (8/9).
Foto: Republika/ Yogi Ardhi
Sastrawan Taufiq Ismail dalam kapasitasnya sebagai sesepuh Gerakan Bela Negara di Kantor Redaksi Republika, Selasa (8/9).

REPUBLIKA.CO.ID, Penulis banyak lagu hits sekaligus penyair kondang Taufiq Ismail mengatakan sangat terkejut dan bersedih ketika mendengar kabar akan ditutupnya dua gerai penjualan CD terkemuka Ibu Kota, yakni Disc Tarra dan Duta Suara. Bahkan, dia mengaku tak bisa berkomentar.

"Ini musibah besar! Satu masalah belum selesai, yakni soal penanganan pembajakan hak intelektual karya musik, kini industri musik kita diterpa badai baru, yakni bergantinya format sajian musik dari CD ke musik digital. Saya tak bisa berkomentar apa-apa,’’ kata Taufiq Ismail, Sabtu (7/11).

Taufiq mengatakan, sebagai penulis lagu, selama ini ia pun sudah mendengar keengganan para musisi untuk membuat lagu baru. Mereka mengatakan, karyanya tak dihargai dan tak memberi apa pun bagi kehidupannya.

’’Yang kaya raya malah paran pelanggar hukum, yakni para pembajak. Musisinya tak dapat apa-apa. Ini ironis,’’ katanya.

Taufiq yang menulis lirik lagu lestari, seperti "Dunia Panggung Sandiwara" (Achamd Albar), "Kunci Surga" (Gigi), sekitar 200 karya lagu Islami (kasidah) yang dinyanyikan Grup Bimbo, serta "Ketika Tangan dan Kaki Bicara" (Chrisye) berulang kali menghela napas ketika ditanya soal nasib industri musik Indonesia di masa yang akan datang. Dia mengaku, situasinya bisa semakin suram kalau tidak ada penyikapan serius.

Menurut dia, dalam kurun dua dekade terakhir, iklim kreativitas musik Indonesia memang terlihat 'jalan ditempat' atau tidak mampu berkembang secara maksimal. Ini beda dengan dua dekade sebelumnya di mana industri musik Indonesia begitu marak dan gairah penciptaan karya musik dari para seniman Indonesia begitu tinggi.

"Solusi ke depannya saya tak tahu. Tapi, semenjak 1990-an terus terjadi kemunduran. Di tengah meluasnya pembajakan, sekarang industri musik kita kian terancam karena ada perubahan teknologi. Kalau tidak hati-hati, musik Indonesia akan tenggelam. Indonesia hanya dijadikan pasar saja,’’ tegas Taufik Ismail.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement