Sabtu 07 Nov 2015 02:14 WIB

Kekeringan, 15 Desa di Tulungagung Kritis

 Petani sedang mengumpulkan padi yang mengalami kekeringan di Kampung Setu, Bekasi Barat, Kamis (30/7).  (Republika/Tahta Aidilla)
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Petani sedang mengumpulkan padi yang mengalami kekeringan di Kampung Setu, Bekasi Barat, Kamis (30/7). (Republika/Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID, TULUNGAGUNG -- Sedikitnya 15 desa di lima kecamatan, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mengalami kekeringan parah atau kritis akibat badai El Nino yang menyebabkan kemarau berkepanjangan.

"Data kekeringan ini kami himpun berdasarkan jumlah desa yang mengajukan permintaan pasokan air bersih ke kami," ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tulungagung, Suroto di Tulungagung, Jumat (6/11).

Ia merinci, dari 15 desa yang teridentifikasi mengalami kekeringan itu hampir semua berstatus kering kritis. Hanya sebagian kecil desa yang menurutnya kering-langka, yang ditentukan berdasaran jarak tempuh yang harus dilalui warga untuk mendapat akses air bersih dari sumber yang masih tersisa.

"Jarak sumber air antara 3-5 kilometer kami identifikasi sebagai daerah kering langka, jika sudah di atas lima kilometer disebut kering kritis. Sebab jarak tempuh warga untuk mendapat air biasanya sangat jauh dan medan yang sulit," ujarnya.

Lima kecamatan yang terdapat desa-desa terdampak kekeringan itu masing-masing adalah Tanggunggunung, Pucanglaban, Besuki, Rejotangan, serta Kalidawir.

Kecamatan Tanggunggunung dan Pucanglaban menjadi penyumbang daerah kekeringan terbanyak dengan jumlah masing-masing empat dan lima desa sekaligus. Sementara Kecamatan Besuki dua desa, Rejotangan satu desa, dan Kalidawir ada tiga desa yang kesulitan air bersih.

"Kami sudah salurkan air bersih secara bergiliran dengan volume tiap hari sekitar 12 ribu liter," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement