REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konflik yang terjadi di Papua tumbuh karena bibit persaingan ekonomi antara pribumi dan pendatang. Sebenarnya tidak ada kebencian terhadap muslim dan Islam di Manokwari.
"Warga Papua khususnya Manokwari masih merasa dianaktirikan sebagai warga Indonesia, ini adalah sumber konflik paling utama," ujar peneliti LIPI Cahyo Pamungkas kepada Republika.co.id, Rabu (4/11).
Sentimen dengan pro-NKRI dan pro-Papua masih tinggi di Manokwari. Cahyo sempat bertemu dengan Federasi Negara Papua Barat Merdeka (FNPBM).
Kebencian terhadap Islam tidak ada, karena bagaimanapun banyak penduduk asli atau suku-suku kecil di Papua yang memeluk Islam sejak lama. Bahwa kebencian mereka terhadap Indonesia, merah putih dan TNI Polri sangat jelas.
Dugaan terhadap adanya misionaris pun, ia mengaku belum dapat berbicara banyak. Cahyo mengatakan analisa ke arah sana belum dilakukan dan sejauh ini misionaris hanya bertugas sebagai tenaga pendidik saja.
Sama seperti halnya yang dirasakan umat Islam ada upaya kristenisasi, mereka yang di Papua juga merasa khawatir adanya upaya Islamisasi. Apalagi Islamisasi ini dianggap negatif bagi mereka sebagai pengambil kekayaan di Papua.