REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kemunculan calon independen bupati-wakil bupati Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) Abdul Khayir-Abdul Hamid dinilai fenomenal. Bahkan hingga hari-hari menjelang pencoblosan popularitasnya cenderung merangkak naik.
Hal ini terlihat dari antausiasnya ribuan warga yang menyambut blusukan calon nomor urut 1 di setiap desa dan kecamatan yang disambangi. "Calon independen yang awalnya dipandang sebelah mata, justru kini menjadi kuda hitam di Pilkada Bima," kata Pengamat Sosial Politik dari Institut Agama Islam (IAI) Muhammadiyah Bima, Azhar, Selasa (3/11).
Masyarakat Bima memberikan dukungannya mencapai 44.027 dukungan KTP, melebihi dari yang disyaratkan KPU. Semula, lanjut Azhar, dukungan KTP sebanyak itu sangat mustahil, apalagi calon yang diusung bukan dari kalangan berada yang memiliki uang yang banyak. Ternyata, kata Azhar, masyarakat berbondong-bondong menyerahkan KTP-nya sebagai syarat dukungan tanpa dibayar sepeser pun.
Menurut Azhar, dukungan masyarakat Bima itu tidak berhenti sampai pada pengumpulan syarat KTP, justru dukungan masyarakat Bima terlihat selama masa kampanye. "Ini terlihat dari dukungan masyarakat dan relawan yang membiayai sendiri kampanye untuk Khayir-Hamid. Dalam setiap kampanye dan konsolidasi Khayir-Hamid, mereka bawa makan, kopi, dan rokok sendiri," ujar Azhar.
Bahkan, kediaman Abdul Khayir di Desa Baralu, Kecamatan Monta, telah berubah menjadi dapur umum yang selalu menyediakan makanan bagi relawan dan warga yang datang dari berbagai desa dan kecamatan di Kabupaten Bima untuk memberikan dukungan kepada Khayir-Hamid. "Setiap hari ada ratusan orang yang datang silih berganti. Dapur umum itu dikelola sendiri oleh warga Baralau. Beras, bawang, dan ikan mereka sendiri yang menyumbang," ungkap Azhar.
Azhar menilai dukungan masyarakat Bima terhadap Khayir-Hamid yang semula sebatas gerakan sosial kini telah menjelma sebagai gerakan politik untuk memilih pemimpin yang menjadi pilihan rakyat. "Ini membuat mata semua orang terbelalak bahwa ternyata masyarakat Bima bisa menentukan pilihan pemimpinnya sendiri," kata kandidat doktor dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya ini.
Menurut Azhar, kemunculan Abdul Khayir pada Pilkada Bima menjadi inspirasi bagi semua anak Bima. "Sebagai orang keturunan Bima, tentunya saya ikut termotivasi," katanya.
Nama Abdul Khayir dan Abdul Hamid dikenal dan diperbincangkan oleh banyak kalangan dan masyarakat luas bukan karena pangkat dan jabatannya, melainkan karena kepiawaiannya merangkul semua golongan terutama masyarakat kelas bawah. Pasangan yang akrab disapa KH ini dalam kesehariannya tak ingin menjaga jarak dengan siapapun apalagi dengan masyarakat kecil seperti petani, nelayan, kusir benhur, dan pedangang yang dijumpainya.