Selasa 03 Nov 2015 07:52 WIB

Takut Diberhentikan, Tidak Semua Pengendara Gojek Mau Mogok

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Teguh Firmansyah
Pengemudi Gojek sedang menunggu penumpang.
Foto: Republika/Wihdan
Pengemudi Gojek sedang menunggu penumpang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengendara Gojek tidak semua sepakat dengan wacana mogok. Sejumlah pengendara justru khawatir akan menjadi pihak yang sangat dirugikan jika tetap nekat melakukan mogok. Mereka terancam dipecat bahkan fasilitas yang telah didapatkan pun harus ditarik kembali.

Pengemudi Gojek Jefri Sagala (22 tahun) mengaku baru dua bulan bergabung dengan gojek. "Saya tidak ikut-ikutan mogok, nanti tidak boleh lagi jadi gojek," ujar dia kepada Republika.co.id, Selasa (3/11).

Setiap bulan Jefri mengaku mendapatkan tambahan penghasilan tiga juta rupiah. Penghasilan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari sebagai anak rantau.

Jika Jefri ikut-ikutan mogok justru pemasukan sebesar tiga juta harus melayang tiap bulannya. Pekerjaan ini pun diakuinya tergolong mudah.

Pelanggan dapat menggunakan layanannya sejak pukul 06.00 WIB hingga pukul 23.00 WIB. Dengan tarif Rp 15 ribu rupiah dia sering membawa penumpang sekitar Pasar Minggu hingga Jl Raya Bogor.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement