Ahad 01 Nov 2015 20:17 WIB

Format Bela Negara Harus Disesuaikan dengan Pendidikan Pemuda

Rep: C93/ Red: Julkifli Marbun
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu memberikan arahan usai mengikuti upacara pembukaan pelatihan bela negara di Badiklat KeMenhan, Jakarta, Kamis (22/10).  (Republika/Wihdan)
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu memberikan arahan usai mengikuti upacara pembukaan pelatihan bela negara di Badiklat KeMenhan, Jakarta, Kamis (22/10). (Republika/Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Lembaga Demografi Universitas Indonesia Sonny Harry B Harmadi mengatakan, dari sekitar 250 juta jiwa penduduk Indonesia, sekitar 65 juta jiwanya adalah pemuda. Akan tetapi dari jumlah tersebut, sekitar 70 persen pemuda yang ada di negeri ini hanya lulusan maksimal SMP.

Ini akan menjadi tantangan tersendiri untuk Kementerian Pertahanan untuk memikirkan rancangan tepat dalam konsep bela negara. Konsep tersebut menurut Sonny, harus disesuaikan dengan pendidikan para pemuda. "Kalau format bela negara tidak sesuai dengan konteks pendidikan pemuda kita, jadinya gak nyambung," kata dia di Cikini, Jakarta, Ahad (1/11).

Sonny memaparkan, permasalahan yang sering muncul saat ini adalah a symmetric war pair di mana ancaman non militer atau non fisik sangat kuat. Maka dari itu, konsep bela negara ini jangan terbayang hanya militeristik.

"Kita tahu sendiri bagaimana IT menguasai dunia, tetapi kemampuan kita terhadap IT masih terbatas. Belum lagi perang ekonomi, kita tidak sadar tiba-tiba nilai tukar kita (rupiah) sudah sangat anjlok," tambah Sonny.

Sonny berharap, konsep bela negara tersebut lebih jelas dan bisa menyadarkan para pemuda tentang pastisipasi apa yang bisa mereka lakukan sebagai ungkapan cinta tanah air. Sehingga, para pemuda menjadi tahu apa tugas serta peran yang harus diemban demi memajukan bangsa, serta rasa cinta tanah air terus tumbuh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement