Sabtu 31 Oct 2015 12:57 WIB

Proses Pemulihan Lahan Terbakar Butuh Waktu Tiga Bulan

Foto udara kebakaran lahan di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumsel, Selasa (20/10).
Foto: Antara/Nova Wahyudi
Foto udara kebakaran lahan di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumsel, Selasa (20/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  --  Kepala Satgas Pemadaman Kebakaran Hutan dan Lahan Posko PT Bumi Andalas Permai (BAP) Dedy Saputra Lubis mengatakan proses pemulihan lahan terbakar membutuhkan waktu tiga bulan agar benar-benar bersih dari asap.

Jika lahan terbakar sudah bersih, kemudian tahapan selanjutnya adalah proses pembersihan untuk penanaman. Pemulihan itu pun harus secara intens menyemprotkan air ke tanah secara tuntas guna menghilangkan asap mengingat lahan gambut di kawasan tersebut berkedalaman sekitar tiga meter.

"Justru pemulihan lahan ini yang membutuhkan waktu lama, sekitar dua hingga tiga bulan. Tapi bisa lebih cepat jika ada hujan lebat selama lima hari berturut-turut," kata Dedy dalam keterangannya, Sabtu (31/10).

Tak sampai di situ, setelah proses itu selesai akan dilanjutkan dengan pembersihan lahan yang juga memakan waktu relatif lama karena sebagian besar lahan yang terbakar merupakan pohon akasia yang siap panen.

"Perusahaan tidak mengenal pembersihan lahan dengan cara membakar, sehingga lahan yang terbakar ini akan dibersihkan dengan eskavator dan traktor. Agak sulit, karena sisa batang pohon yang terbakar berjatuhan tidak beraturan," kata Dedy.

Dedy tidak tahu pasti jika kemudian lahan yang terbakar tersebut bisa ditanami kembali atau tidak. Hal ini jelas merugikan perusahaan yang lahannya terkena dampak kebakaran lahan akibat cuaca ekstrem. "Nanti jika langsung ditanam, salah lagi, dikatakan perusahaan sengaja membakar. Jadi, serba salah," kata Dedy.

PT BAP merupakan perusahaan pemasok Asia Pulp And Paper dengan memiliki luas arel 192 ribu hektare (ha). Perusahaan ini memiliki sekitar 700 orang pekerja yang menurut Dedy mulai terancam karena proses penanaman hanya membutuhkan tenaga kerja jauh lebih sedikit dibandingkan proses pemanenan.

"Energi semua terkuras sejak tiga bulan terakhir ini mengatasi kebakaran lahan, saat ini belum tahu bagaimana ke depannya," ujar Dedy.

Langkah pemadaman kebakaran hutan dan lahan hingga kini masih berlangsung di Ogan Komering Ilir yang saat ini memiliki titik api terbanyak dibandingkan dua kabupaten lainnya yakni Musi Banyuasin dan Ogan Ilir.

Hujan yang mengguyur OKI pada Selasa (27/10) telah mengurangi sejumlah titik api di kawasan itu. Berdasarkan pemantauan melalui satelit, pada Jumat (30/10), jumlah titik panas di Sumatra Selatan terdeteksi 104 titik yang tersebar di Kabupaten Ogan Komering Ilir 102 titik, serta masing-masing satu titik di Kabupaten Banyuasin dan Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement